Esports memang selalu identik dengan laki-laki. Mayoritas orang-orang yang terlibat di dalamnya memang didominasi oleh laki-laki. Tapi bukan berarti perempuan tidak memiliki tempat di industri ini, skena esports ladies juga sedang berkembang pesat di Indonesia.

Berkembangnya lingkungan esports perempuan

Akhir-akhir ini kancah esports perempuan telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berbagai turnamen ladies di beberapa game ternama mulai bermunculan. Sebut saja PUBG Mobile Pro League (PMPL) ID Ladies, Woman Star League dan UniPin Ladies dari MLBB, serta Princess Cup dari AoV.

Meski belum sebesar turnamen utama seperti MLBB Professional League (MPL) ID dan PMPL ID, kehadiran turnamen-turnamen itu sudah menjadi pertanda positif bagi masa depan esports ladies di Indonesia.

Pemain MLBB Perempuan
Kredit: IDNS

Kemampuan perempuan juga tidak bisa dianggap lebih lemah dari laki-laki. Di gelaran MLBB South East Championship (MSC) 2021, Ramella, tercatat sebagai pemain perempuan pertama yang berlaga di turnamen skala Asia Tenggara tersebut. Hal itu menunjukkan jika perempuan mampu bersaing dengan pemain laki-laki di kompetisi level tinggi.



Potensi mental laki-laki dan perempuan

Paradigma masyarakat Indonesia melabeli wanita sebagai sosok yang mudah tergoyahkan keadaan mentalnya. Dalam bahasa kekinian, wanita disebut lebih mudah baper (bawa perasaan). Tapi apakah kenyataannya demikian?

Pada kesempatan baru-baru ini, tim ONE Esports ID berkesempatan untuk berbincang langsung dengan seorang Mental Toughness Coach profesional sekaligus Co-Founder and Managing Partner dari SportPsych Consulting Indonesia, Hans Sivano.

Menurutnya, paradigma tersebut sama sekali tidak benar. Ia mengatakan bahwa tidak ada perbedaan ketangguhan mental berdasarkan gender, antara laki-laki dan perempuan. “Menurut studi yang telah kami lakukan di tahun 2015 pada kelompok usia di atas 18 tahun, baik laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai skor 5C (Composure, Concentration, Confidence, Cope-ability, Cohesion) di dalam hasil tes Mental Toughness Profile™.

Keduanya memiliki potensi yang sama tingginya jika sudah dilatih. Yang membuat perbedaan signifikan hanya usia, karena semakin tua umurnya, secara otomatis mentalnya semakin tangguh. Masalahnya, pemain esports di Indonesia rata-rata berusia 15-23 tahun dan dituntut untuk punya mental setangguh atlet berusia 30 tahun ke atas, padahal timnya belum menyediakan pelatihan mental yang sistematis dan terukur,” ungkap Hans Eksklusif kepada ONE Esports.

3 Langkah untuk meningkatkan ketangguhan mental pro players

Baik secara kemampuan maupun secara mental, pemain perempuan terbukti memiliki potensi yang setara dengan laki-laki. Harapannya adalah esports perempuan bisa terus berkembang dan setara dengan laki laki agar tidak terjadi diskriminasi gender seperti yang kini terjadi di dunia olahraga tradisional. “Selama kita tahu rahasianya untuk meningkatkan performa players, tidak ada lagi batasan gender bagi tim esports asal Indonesia untuk memiliki pemain perempuan yang mentalnya sama tangguhnya dengan pemain laki-laki,” lanjut Hans.

Demi mendukung pertumbuhan esports di tanah air agar dapat konsisten tampil prima saat berkompetisi dalam kejuaraan di level Asia Tenggara dan dunia, Hans menambahkan: “Kami di SportPsych Consulting Indonesia memiliki impian bahwa dalam 1 tahun ke depan, setiap tim esports asal Indonesia sudah bisa memiliki inhouse Mental Toughness Coach mereka sendiri untuk mendampingi pro players 24/7 di manapun mereka berada, karena kami dapat membantu mencetak puluhan angkatan baru Certified Mental Toughness Coach setiap tahunnya.

BACA JUGA: Pelatih tim juara Valorant Master bicara masalah kesehatan mental