Tim Sentinels terus mendominasi scene Valorant di region Amerika Utara setelah sukses menjuarai dua turnamen major terakhir secara berturut-turut. Dengan kata lain, tim ini juga bisa disebut sebagai yang terbaik di dunia sejauh ini.

Pekan lalu, Sentinels berhasil menjuarai turnamen PAX Arena Invitational setelah di partai puncak berhasil mengalahkan Cloud9. Sementara pada akhir pekan lalu, Sentinels sukses menghancurkan TeamSoloMid (TSM) di final 30Bomb Summer Cup 2020.

Lalu, apa rahasia yang membuat mereka sukses ketimbang tim lainnya? Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh keberhasilan Sentinels dalam mengombinasi dari percampuran latar belakang pemain ada saat ini dari dua jenis game FPS berbeda.

Tim Sentinels diisi oleh para pemain yang merupakan mantan pemain Counter-Strike: Global Offensive (CS: GO) seperti Shahzeeb “ShahZaM” Khan, Hunter “SicK” Mims, dan Michael “dapr” Gulino, dengan eks pro player Overwatch pada diri Jay “Sinatraa” Won dan Jared “zombs “Gitlin.

Hal ini membuat tim memiliki kemampuan untuk berpikir di luar dari strategi atau gaya bermain di CS: GO yang dipercaya menjadi keunggulan tersendiri bagi Sentinels.

Keunggulan tersebut terlihat jelas dalam pertandingan terakhir mereka menghadapi TSM. Sentinels masih mengandalkan Odin di map Ascent, tetapi mereka juga bereksperimen dengan komposisi agent baru, plus Sinatraa yang menggunakan Reyna. Hal ini memberi MVP Overwatch League 2019 itu lebih banyak pilihan sebagai playmaker Sentinels.

Sentinels mendapatkan dua kemenangan meyakinkan atas TSM di final upper bracket. Namun, TSM berhasil bangkit dengan mengalahkan Gen.G Esports di final loper bracket untuk menantang kembali Sentinels di grand finals.



Pada awal babak grand final, Sentinels unggul 1-0 berkat keunggulan upper bracket mereka. Namun, TSM memulai permainan dengan awal yang baik dan hampir saja unggul 4-0 atas Sentinels. Namun, Sinatraa berhasil menunjukkan lagi mengapa ia layak dianggap sebagai pemain terbaik di Valorant dengan mendapatkan Ace untuk timnya.

Sentinels berhasil mendapatkan keunggulan 2-0 atas TSM berkat beberapa clutch win dari Dapr yang memainkan Cypher. Sentinels juga berhasil mempertahankan rekor tak terkalahkan merek adi map Split dengan rekor 10-0 di sepanjang turnamen.

Hal ini telah menjadi bagian penting dari kesuksesan Sentinels, karena sebagian besar tim lain memilih untuk melakukan ban untuk map Split karenanya tidak sering bermain di map tersebut. Sementara Sentinels jelas telah banyak berlatih di map ini yang begitu terlihat dalam gameplay mereka.

Sementara itu pada game berikut di map Haven, pemain TSM, Matthew “Wardell” Yu, tampil menggila. Setelah hampir memenangi awal dari pistol round sendirian untuk timnya, Wardell menggunakan skill ultimate dari Jett-nya untuk mengamankan Ace yang sukses membuat Sentinels gagal mendapatkan keunggulan awal.

Wardell menyelesaikan Game 3 dengan luar biasa dengan statistic KDA 33/11/2 dan 433 average combat score (ACS). Pemain bintang TSM ini memiliki lebih banyak kill ketimbang gabungan dari dua terbaik di kubu Sentinels, yaitu ShahZaM dan Dapr, dengan total KDA 32/32/23.

Baru setelah itu, Sentinels kembali memimpin putaran awal atas TSM pada Game 4 dengan meraih skor 8-4 di halftime. TSM sempat berusaha untuk bisa membalikkan keadaan hingga sempat membuat skor menjadi 11-10, tetapi meski Wardell mendapat gelar MVP, Sentinels mampu membuktikan diri lebih baik sebagai sebuah tim dan meraih kemenangan di map Ascent dengan skor 13-10.

Setelah pertandingan, Zombs membalas cuitan pemain TSM, Yassine “Subroza” Taoufik, karena telah mengklaim bahwa TSM adalah tim terbaik di Amerika Utara setelah menjuarai turnamen sebelumnya.

Hal ini tentu memicu argumen dari kedua pemain tersebut dan memanaskan suasana. Namun, hal ini tentu akan menjadi bumbu tersendiri untuk meningkatkan hype turnamen FaZe Clan Valorant Invitational yang akan berlangsung pada 6-9 Agustus 2020 dengan prize pool sebesar US$50.000.

BACA JUGA: Panduan lengkap agent Valorant: Viper