SEA Games 2019 baru saja berakhir. Indonesia memberika dua medali dari kontingen esportsnya. Masing-masing perak dari Mobile Legends: Bang Bang dan Arena Of Valor.

Seusai SEA Games para atlet dari semua cabang dikumpulkan pada acara malam apresiasi, yang mana diumumkan para peraih medali akan mendapat bonus hadiah uang dengan nominal tertentu sesuai medali yang didapatkan.

Namun, polemik muncul ketika konten kreator gaming Arena of Valor, Mikael Antony mengunggah IG Story. Ia mengatakan bahwa pengurus matanya mengincar uang bukan prestasi.

Ia mengatakan bahwa ada pemotongan uang hadiah di sana.

Tak ayal hal ini langsung beredar luas dan jadi pembicaraan terutama di ranah esports. Indonesia Esports Association (IESPA) sampai berkomentar pada sebuah kolom komentar untuk menjelaskan yang sebenarnya.



“Bukan pengurus (yang memotong bonus uang), tapi organisasi. Karena dana tersebut nantinya akan dipakai untuk pengelolaa timnas dll yang lebih mandiri tanpa bergantung dari dana bantuan pemerintah,” jelas mereka.

“Pemotongan uang hadiah bukan hal baru di dunia esports. Boleh dicek ke klub-klub besar berapa mereka melakukan pemotongan atas uang hadiah turnamen.”

“Penghargaan di SEA Games adalah berbentuk medali, bukan uang tunai. Oleh karena itu pemerintah menyiapkan bonus apresiasi sebagai penggantinya. Berbeda dengan event esports swasta,” ungkap IESPA.

Sampai Ketua Umum IESPA, Eddy Lim turut berbicara. Dilansir dari GGWP.id, ia mengungkap soal pemotongan itu.

“Suatu organisasi non profit, dana untuk sustainnya dari mana? Harus non profit. Dapatnya ya dari sumbangan, iuran anggota, pemotongan hadiah dan lain-lain,” katanya.

“Seperti yang saya katakan, pemotongan bagi perkembangan organisasi itu hal yang umum. Kontribusi mirip dengan iuran anggota,” tutup dia.

BACA JUGA: Distribusi medali SEA Games 2019 dari cabang esports – Tuan rumah mendominasi