Pada tahun 2017, ajang kompetisi Dota 2 terbesar, The International (TI), kembali dilangsungkan di Seattle. Turnamen itu adalah pertempuran penutup musim Dota 2 yang menawarkan total hadiah lebih dari US$23 (Rp326 miliar) juta di mana sang juara akan membawa hadiah sebesar US$10,9 juta (Rp154,6 miliar).

Namun kemeriahan TI tahun itu harus sedikit tercoreng karena pada turnamen itulah untuk pertama kalinya tim juara bertahan tidak berpartisipasi. Selain itu, sejumlah nama besar juga tidak ikut serta memeriahkan gelaran turnamen puncak Dota 2 ini, mereka adalah Rasmus “MiSeRy” Filipsen, Danil “Dendi” Ishutin, Daryl “iceiceice” Faceless ‘Pei Xiang, Chen “Hao” Zhihao, Zhang “xiao8” Ning.

Meski demikian, intensitas persaingan di tahun 2017 tidak menurun sama sekali. Team-fight ciamik dan aksi-aksi individu brilian tetap terjadi di turnamen tersebut. Untuk itu pada kesempatan kali ini kami akan sajikan tiga momen terbaik di The International 2017.



Ame Rampage

Runner-up TI6, Digital Chaos (DC), dijamu oleh tim kuat asal Cina, LGD, yang tampil impresif selama fase grup. DC yang tidak berdaya di game pertama harus menyerah cepat di menit ke-22 dengan skor 20-15.

Runner-up TI6 itu mencoba bangkit di game kedua dengan lineup agresif mengandalkan Sven dan Lina, sayangnya rencana mereka tidak berjalan sempurna setelah penampilan gemilang Ame menghancurkan harapan terakhir yang mereka miliki.

Momen kunci terjadi pada menit ke-39, kala itu DC mencoba menjatuhkan midlaner lawan dengan stunt Sven dan skill ultimate Ice Blast. Upaya mereka berujung petaka ketika serangan balasan dilancarkan LGD, lalu RAMPAGE dari carry Ame menggugurkan asa DC untuk melanjutkan perjalanan di TI7.


Simfoni skill Virtus Pro

Ketika rangkaian skill berpadu dengan sempurna, saat itulah Dota 2 menunjukkan keindahannya. Hal tersebut terjadi dalam pertandingan antara Virtus Pro (VP) dan Invictus Gaming (iG).

Semua bermula saat iG.Q gagal melakukan inisiasi yang kemudian dibalas dengan skill Impale dari VP.Lil, setelah itu VP mempertontonkan simfoni skill indah dengan kombinasi Vacuum, Wall of Replica, Charge of Darkness, dan Storm Hammer. Pertunjukan diakhiri dengan sapu bersih oleh VP.RAMZES.

Team-fight gemilang dari VP mengantarkan tim Rusia itu untuk memenangkan game kedua dan menyeimbangkan kedudukan menjadi 1-1.


Team-fight kunci di laga pamungkas

2017 merupakan satu-satunya tahun di mana Grand final TI berakhir dengan skor telak 3-0. Hal itu bisa terjadi kerena performa sempurna dari sang juara, Liquid.

Tim yang berbasis di Eropa itu menempuh perjalanan panjang dari lower bracket hingga grand final untuk mengambil tahtanya. Liquid telah membuktikan jika mereka layak untuk mengangkat trofi Aegis setelah berhasil menang sempurna atas Newbee dengan skor telak 3-0.

Momen kunci terakhir sebelum Liquid dinobatkan sebagai tim Dota 2 terkuat terjadi tepat di depan Roshan pit. Kala itu Newbee berhasil melakukan inisiasi kepada Miracle, mereka mengerahkan segala daya serang yang ada untuk menjatuhkan targetnya. Namun ternyata itu tidak cukup, Miracle selamat dengan sisa 5 persen HP. Newbee yang sudah mengeluarkan semua amunisinya tidak berdaya dan tumbang satu per satu. Kemenangan team-fight itu menjadi penentu keberhasilan Liquid meraih gelar juara The Internasional 2018.

BACA JUGA: Tiga momen terbaik Dota 2 – The Internasional 2015