Dalam hidup, tak jarang kita harus membuat keputusan sulit. Begitu juga dengan pemain profesional Dota 2 Natthaphon “Masaros” Ouanphakdee dari Motivate.Trust Gaming yang tumbuh dalam kenyamanan keluarga.

Keluarga pemain profesional Thailand itu memiliki bisnis tempat pengisian bensin yang menghasilkan banyak pendapatan setiap tahun. Masaros bisa saja mengikuti jejak mereka dan membantu mengembangkan bisnis untuk menjalani kehidupan minim kesulitan. Namun itu bukan pilihannya, dia memutuskan untuk berkarier di bidang esports.

Melalui kerja keras dan dedikasinya, dia mampu masuk dalam jajaran teratas. Sekarang, dia adalah bagian dari tim Dota 2 terbaik di Thailand.

Bagaimana semuanya dimulai

Seperti kebanyakan orang, Masaros mulai bermain Dota dengan teman-temannya saat dia masih SMA. Elemen dan detail game ini sangat menarik minatnya.

“Saat SMA, saya bermain Dota 1 dengan teman dan senior saya. Saya mulai main Axe dan Sven – dua hero Strength di Dota 1,” kenang Masaros. “Saya bersenang-senang karena ini adalah permainan tim. Semua orang di tim itu penting dan kami bersatu sebagai satu tim.”

DotA, Warcraft III, Axe
Kredit: Blizzard Entertainment

Seiring Masaros terus menjelajahi game, dia mengubah pendekatannya. Itu tidak lagi hanya sekedar menyenangkan, tetapi juga jadi proses pembelajaran. Dia lebih berhati-hati dalam analisis hero, item, dan map, serta selalu berusaha membawa timnya memenangkan pertandingan.

Pola pikir baru Masaros mengantarkan dirinya ke jalur kompetitif, saat ia berpartisipasi dalam turnamen Dota pertamanya di tingkat universitas. Masaros merupakan mahasiswa Universitas Thammasat di mana dia belajar di Fakultas Ekonomi. Saat itu, ada turnamen Dota 2 University Championship (DUC), dan itu menjadi titik awal karier esports Masaros.

“Saya butuh waktu lama untuk bisa mengikuti turnamen yang sebenarnya. Awalnya saya hanya bermain Dota untuk bersenang-senang,” ucap Masaro, “Lalu, saya kuliah dan mulai menonton lebih banyak event Dota 2. Kala itu saya tidak begitu tahu mengapa semua tim di seluruh dunia begitu fokus untuk mencapai The International. Saya menjadi tertarik pada bagaimana semua orang berlomba mengejar turnamen yang satu ini. Saya ingin mencobanya sendiri.”

Keputusan besar

“Setelah tahun kedua saya bermain Dota 2,” kenang Masaros, “Saya melihat bagaimana cara untuk bisa lolos dari kualifikasi. Pada saat itu, saya menyadari mengapa lawan kami sangat bagus. Mereka bermain dengan sistem yang berbeda dibandingkan dengan kami yang masih mencoba bersenang-senang tanpa sistem yang tepat.”

Setelah berbicara dengan tim dan pemain yang dia lawan, Masaros menemukan bahwa setiap tim membutuhkan gaya permainan tertentu. Ia terkejut dan teringat tujuannya sendiri yang sangat berbeda, ia hanya menghabiskan waktu luang di perguruan tinggi untuk meningkatkan skill dan belajar sebanyak yang dia bisa sebagai individu, bukan tim.

“Pada awalnya, tim yang saya ikuti hanya terdiri dari lima orang yang ingin bersaing dan terhubung satu sama lain melalui grup Facebook.” Begitulah cara Masaros diundang ke tim pertamanya. Sayangnya, di turnamen pertama mereka kalah dari Universitas Kasetsart. Pada tahun berikutnya, tidak banyak peningkatan karena mereka finis sebagai runner-up.

Pada titik inilah Masaros bersumpah untuk berkembang dan menjadi kapten. Kalah adalah pelajaran penting baginya, karena dia melihat setiap kesalahan sebagai kesempatan untuk berkembang. Namun Masaros dan timnya tetap memiliki fokus yang berbeda. Dia kemudian memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dengan Alpha Blue, tim cadangan Alpha Red yang berfokus pada pengembangan pemain.

“Dalam empat tahun terakhir, saya bergabung dengan tim Dota Alpha Blue, dan mendapatkan banyak pengalaman yang membantu saya dan rekan satu tim,” kata Masaros. Setelah itu tim berharap mereka bisa memenangkan kejuaraan sebelum mereka menyelesaikan kuliah. Namun saat itu, Masaros belum sepenuhnya berkomitmen pada esports.

Selepas kuliah, Masaros masih memandang bermain Dota hanya sebagai hobi. Dia memikirkan tentang jalan berbeda yang bisa diambilnya setelah dia lulus. Tapi pada akhirnya, dia memutuskan untuk mengikuti kata hati dan terjun lebih dalam ke dunia esports.

“Dalam hidup ini, saya ingin mengukir takdir saya sendiri.”

Ketika Masaros memutuskan untuk tidak ikut serta dalam bisnis keluarga, semua orang terkejut. Dia telah memilih untuk melakukan sesuatu yang keluarganya tidak setuju dan tidak mengerti.

“Saat itu, keluarga saya tidak senang dengan keputusan saya. Saya mencoba menjelaskan bahwa setelah saya lulus, saya ingin menghabiskan satu tahun untuk mengejar karier di esports. Jika tidak berhasil, saya akan mencari pekerjaan atau membantu bisnis keluarga. Pada akhirnya, dengan berat hati mereka memberi saya kesempatan.”

Ayah Masaros ingin dia belajar ekonomi di universitas. Di sisi lain, Masaros sendiri ingin menjadi seorang insinyur atau dokter. Sebelumnya, keluarga Masaros selalu membuat keputusan untuknya. Tapi dia bertekad untuk membuat perubahan.

“[Mengejar karir esports] adalah pilihan independen pertama saya. Kali ini, saya ingin mencoba dan melakukan apa yang saya sukai.”

Menjadi pro player

Dengan keputusan tersebut, Masaros mengabdikan dirinya pada game dan terus menatap cakrawala. Pelabuhan pertamanya dipenuhi banyak rintangan. Dia bergabung dengan roster Dota 2 Buriram United dan berpartisipasi dalam booth camp mereka.

Masaros, Dota 2
Kredit: Masaros

Sayangnya, tim tersebut bubar dengan cepat dan menjadi awal perjalanan sulit dalam karier esports Masaros. Saat itu, Masaros mengira dia telah membuat pilihan yang salah. Tapi dia tahu hidupnya tidak seperti orang lain, Masaros ingin menghasilkan sesuatu dari karir profesionalnya.

“Saya merasa itu adalah tantangan bagi diri saya sendiri. Sejak hari pertama saya mengambil keputusan, saya pikir saya harus bisa mandiri dan mencari nafkah hanya dengan bermain game. “



Bergabung dengan Motivate.Trust

Masaros kemudian didatangkan oleh Motivate.Trust Gaming, sebuah tim yang mengubah hidupnya. Mengingat tim tersebut merupakan yang terbaik di Thailand, Masaros langsung setuju untuk bergabung. Ini menjadi titik awal sebenarnya dari karier esports Masaros. Selama bersama tim ini, dia belajar bagaimana menjadi seorang profesional sejati dan mengambil lompatan besar dalam mengembangkan keterampilannya.

“Ini adalah tim yang saya impikan sejak saya menjadi siswa kelas 2 di SMA. Motivate.Trust Gaming adalah tim teratas di Thailand, dan ketika ada kesempatan, tentu saya mengambilnya. Itu adalah titik balik dalam hidup saya.”

Masaros memuji pendekatan Dota yang dimiliki Motivate.Trust Gaming dan percaya pada sistem tersebut sepenuhnya.

“Saya tidak bermain bagus pada awalnya karena saya hanya pemula yang langsung bergabung dengan tim terbaik di negara ini. Meskipun saya tahu ada kemungkinan dikeluarkan dari roster jika terus bermain buruk, saya masih bersemangat bermain untuk tim. Ada banyak tekanan, tapi itu membantu kami menjadi pemain yang lebih baik.”

Selama bersama Motivate.Trust Gaming, Masaros belajar banyak dari pelatih tim, Lakelz “Coach Bass” Pipat Priyachat. “Pelatih Bass mengajari kami segalanya. Dari cara membangun skill hingga cara kami bermain, dia mengajari kami semua yang perlu kami ketahui. Awalnya, ada sedikit sikap keras kepala dari kami. Tapi, melalui sesi latihan kami, dia membantu saya menjadi lebih baik.”

“Butuh waktu sekitar 3 hingga 4 bulan untuk menyesuaikan diri,” kenang Masaros, “Proses pelatihan akhirnya terbayar ketika kami memasuki BTS Pro Series Season 3: Asia Tenggara di mana tidak ada yang bisa melawan kami.”

Kerja keras Masaros dengan Motivate.Trust Gaming akhirnya membuahkan hasil. Dia membantu tim meraih kesuksesan dengan memenangkan dua turnamen SEA: BTS Pro Series Season 3: SEA dan DOTA Summit 13 Online: SEA.

Tugas singkat di Fnatic

Dengan kesuksesan barunya di kawasan Asia Tenggara, Masaros mendapat banyak pehatian hingga bisa bergabung dengan salah satu tim terbesar di dunia, Fnatic. Di sana, Masaros bermain bersama sesama pemain pro Thailand Anchua “Jabz” Jirawong.

Kredit: Fnatic

“Sejujurnya, saya selalu menjadi penggemar berat Fnatic. Mereka terkenal di SEA. Saya tidak pernah berpikir saya akan mencapai titik di mana saya dapat bergabung dengan roster mereka. Peluang organisasi esports besar mencari pemain Thailand yang belum pernah bermain di Major selalu rendah. Namun saat kami menjuarai ESL Thai Championship 2020 Season 1, ada kemungkinan Fnatic akan mencari offlaner baru. Saat itu, saya bertanya-tanya apakah mereka akan mempertimbangkan saya.”

Kredit: Fnatic

Tepat sebelum dimulainya DOTA Summit 13, Fnatic telah menghubunginya untuk menanyakan apakah ia tertarik bergabung dengan roster mereka. Di pihak Masaros, dia merasakan tekanan yang sangat besar, karena langkah ini berarti meninggalkan tim yang membawanya meraih kesuksesan. Akhirnya, Masaros memilih Fnatic, karena dia ingin merasakan bermain di level tertinggi dan bersaing dengan yang terbaik di dunia.

“Keputusan itu sangat sulit. Saya memilih untuk mengambil resiko dan memutuskan untuk mencobanya. Dalam benak saya, saya tidak ingin meninggalkan Motivate.Trust Gaming karena timnya bagus. Tapi saya ingin mencoba bermain untuk Fnatic dan mengetahui seperti apa rasanya.”

Kredit Fnatic

Masaros bergabung dengan Fnatic di ONE Esports Singapore Major, yang merupakan Major pertama tahun ini. Itu juga merupakan acara offline pertama yang diselenggarakan sejak pandemi COVID-19 menyebar. Sayangnya, semuanya berakhir dengan cepat untuk Masaros dan Fnatic, mereka tersingkir di hari kedua babak Playoff.

Fnatic di Singapore Major

Menurut Masaros, Fnatic sangat bersemangat untuk berlaga di Major. Tim sudah memiliki banyak pengalaman bermain melawan yang terbaik di dunia. Namun, Masaros yakin dia belum sepenuhnya memahami sistem permainan Fnatic.

Fnatic, Masaros, ONE Esports Singapore Major
Kredit ONE Esports

Masaros kemudian membandingkan waktu yang dia habiskan dengan Motivate.Trust dan Fnatic. Kata Masaros, Motivate.Trust memiliki sistem. Namun saat bersama Fnatic, setiap orang memiliki konsep bermainnya sendiri. “Tidak ada rencana bagaimana cara bermain. Kami tidak melihat pola bagaimana kami bisa menang. Itu yang sangat saya tidak suka karena mereka tidak terlihat seperti tim,” kata Masaros.

“Setelah bermain untuk Fnatic, saya merasa ini bukan tempat untuk saya. Agak canggung karena tidak ada yang mengatakan apa-apa. Sepertinya semua orang hanya datang untuk bekerja, tidak seperti rekan satu tim yang saling percaya. Itu mengecewakan saya, tetapi saya tidak menyesali keputusan saya untuk bergabung dengan Fnatic.”

Kembali ke Motivate.Trust

Setelah berpisah dengan Fnatic, Masaros kembali ke Motivate.Trust Gaming. Dia bakal bermain lagi di gaming house tim tersebut untuk bersaing di musim kedua Lower Division DPC 2021 SEA. Masaros lalu mengatakan jika tujuannya masih untuk mencapai The International suatu hari nanti.

“Satu-satunya tujuan sekarang ialah mencapai TI. Motivate.Trust Gaming adalah tim yang kuat, dan kami siap menghadapi yang terbaik di dunia.”

Masaros menegaskan kembali bahwa Motivate.Trust Gaming sangat termotivasi untuk mencapai Upper Division di wilayah SEA. Meskipun dia memiliki harapan yang tinggi untuk timnya dan percaya sepenuhnya pada mereka, dia juga mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan untuk ia bergabung dengan tim internasional top lainnya.

Untuk saat ini, Masaros akan selalu siap bertarung.

BACA JUGA: Apa yang akan terjadi di DOTA: Dragon’s Blood Season 2? Ini prediksi kami