Ketika kita sedang berjalan santai di belakang seseorang yang sedang mengenakan jersey dengan garis tegas berwarna merah-hitam, tanpa melihat logo di bagian depan baju sekalipun, dengan serta merta kita mungkin dapat menebak jika jersey yang sedang dikenakannya adalah baju kebesaran tim raksasa Serie A Italia AC Milan atau tim papan atas Liga Indonesia Persipura Jayapura.

Tentu saja kondisi tersebut berlaku untuk penikmat sepakbola, tetapi bagaimana dengan penggemar esports, apakah situasi di atas akan terulang juga?

ONE Esports berbincang dengan Angga Ekoprasetyo Wirastomo dari Jersey Forum, sebuah perkumpulan para kolektor jersey di Indonesia untuk membahas perkembangan dan tantangan jersey esports dengan salah satu pertanyaan penting, apakah jersey esports telah menarik perhatian bagi para kolektor?

“Jersey esports belum terlalu hype seperti jersey bola basket atau sepakbola. Beberapa teman kita sebenarnya sedang menjajaki, sejauh mana jersey esports bisa berkembang karena sampai sekarang masih begitu-begitu saja,” buka Angga.



“Belum terlalu khas seperti misalnya sepakbola, tenis atau basket. Jersey esports masih terlalu main di grafis, lebih menonjolkan tampilannya saja.”

Angga Ekoprasetyo Wirastomo - Jersey Forum
Angga Ekoprasetyo Wirastomo – Jersey Forum

“Tantangan untuk jersey esports masih berat, karena harus dijajaki juga seberapa besar brand awareness-nya. Sepakbola misalnya, kita akan mudah melihat pemain beraksi sambil mengenakan jersey sementara di esports yang dilihat sebagian besar adalah game play-nya.”

“Ini tantangan untuk marketing, tetapi sebenarnya bisa. Ninja saja sudah diendorse oleh adidas, kenapa tim tidak? Namun mungkin untuk sekarang masih menyasar ke individu dulu.”

Lebih jauh lagi, Angga berpendapat klub esports harus menelaah lebih jauh agar jersey mereka tidak lebih dari sekadar ‘papan iklan berjalan’.

“Klub mungkin harus melakukan riset, agar jersey tidak hanya dijadikan penempatan logo sponsor. Kita pahami juga jika pendapatan klub terbesar adalah dari sponsor sehingga pemain dipastikan mengenakan jersey yang dipenuhi iklan,” lanjutnya.

“Sentuhan teknologi pada jersey mungkin akan menjadi menarik. Misalkan para pemain itu biasanya tampil di ruangan jadi bagaimana caranya merancang jersey yang membuat mereka nyaman duduk lama-lama, kemudian tidak membuat lengan menjadi cepat lelah dengan material yang seru.”

“Hal-hal seperti ini yang belum saya lihat, dan seharusnya menjadi menarik dan sebuah tantangan untuk dikembangkan.”

ONE Esports juga menghubungi Shena Septiani, content manager Bigetron untuk melihat bagaimana tim esports memandang sebuah jersey dan dia menegaskan jersey sudah menjadi sebuah identitas dan memiliki makna.

“Setiap pekerjaan ada ciri khas, ada identitas yang mencirikan profesi. Ada juga kebanggaan dan arti dari setiap warna dan model yang dikenakan,” ungkapnya kepada kami.

“Bagi Bigetron, jersey adalah cara untuk mengingatkan fans jika gaming itu adalah sebuah passion. Sebuah identitas atlet profesional esports.”

“Jersey adalah saksi prestasi untuk menginspirasi fans dan semua orang untuk bekerja keras mewujudkan mimpi. Ini selaras dengan Bigetron yang memulai segalanya dari bawah namun sekarang sudah berhasil mengibarkan bendera Merah Putih ke manca negara.”

Shena lalu membahas tentang jersey esports yang dipenuhi oleh logo-logo sponsor dan dia berpendapat fenomena ini bisa dipandang sebagai sebuah prestasi.

“Kita seharusnya bangga, karena artinya sponsor-sponsor berani berinvestasi dan melihat esports sebagai bisnis yang menjanjikan.”

“Malah mungkin ke depan esports menjadi bidang yang lebih menggiurkan, lihat saja bagaimana sponsor yang biasanya terlihat di olahraga real, sekarang berinvestasi ke dunia baru ini.”

BACA JUGA: TI10 idealnya dapat digelar pada 2021