Saat Arcade game menjadi populer di tahun 70-an, di mana anak-anak hingga orang dewasa beramai-ramai mengunjungi arcade untuk bermain Pac-Man, Donkey Kong, Galaga, dan sejenisnya, video game dianggap tidak berbahaya.

Namun, seiring berjalannya waktu, video game berubah secara drastis. Pada tahun 1990-an, game PC mengalami peningkatan, serta mulai muncul konsol game rumahan canggih seperti Nintendo 64 dan Sega Saturn. Bersamaan dengan itu, muncul lebih banyak video game yang mengusung ide-ide ekstrim hingga pada akhirnya muncul pertanyaan “apakah kekerasan dalam video game mengarah pada perilaku agresif?” Untuk menjawab pertanyaan itu, dilakukan studi yang mungkin menghasilkan beberapa jawaban paling konkret.

Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking telah dilakukan selama 10 tahun guna menganalisis pengaruh video game yang mengandung kekerasan dalam kehidupan manusia, khususnya pada perilaku agresif para remaja. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara anak-anak yang bermain video game kekerasan dengan peningkatan perilaku agresif saat mereka menjadi remaja.



Dalam studi tersebut, para peneliti melibatkan objek penelitian yang terdiri dari 500 peserta dengan usia rata-rata 14 tahun selama 10 tahun, kemudian mereka mengukur dampak video game kekerasan seperti Grant Theft Auto pada mereka dari waktu ke waktu.

Para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok: mereka yang sejak awal memainkan video game kekerasan saat masih anak-anak dan kemudian mulai beranjak remaja, mereka yang memainkan video game kekerasan dalam jumlah sedang tetapi mulai bermain lebih banyak dari waktu ke waktu, dan mereka yang memainkan sedikit video game kekerasan saat anak-anak dan secara bertahap meningkatkan intensitas bermainnya dari waktu ke waktu.

Untuk mengukur hasil, partisipan diberikan kuesioner yang dimaksudkan untuk menganalisis tingkat agresi. Para peneliti menjelaskan bahwa tampaknya banyak partisipan yang bermain video game untuk menghilangkan kecemasan. Hasil dari studi tersebut tidak menemukan peningkatan yang signifikan dalam perilaku agresif pada mereka yang memainkan video game kekerasan.

Banyak penelitian telah mencoba untuk membuktikan atau menyangkal hubungan antara perilaku agresif dan video game kekerasan, tetapi hanya sedikit yang memperhitungkan jumlah waktu di mana kebiasaan video game dapat berubah, baik dalam jenis video game yang dimainkan atau jumlah video yang dimainkan. Meskipun persepsi masyarakat tentang video game terus membaik secara bertahap. tapi akan menarik untuk melihat dampak studi ini terhadap paradigma negatif video game di masa mendatang.

BACA JUGA: Penelitian: ada lebih dari 1 miliar game enthusiasts wanita