Sudah lima tahun berlalu sejak Nintendo pertama kali mengumumkan peluncuran game mobile di iOS dan platform. Dalam kurun waktu tersebut, Nintendo telah meraih beberapa keberhasilan, mereka juga sudah merasakan pahitnya kegagalan, dan minggu ini Bloomberg melaporkan bahwa Nintendo memutuskan untuk menarik dari rencana dunia mobile gaming.

Di awal tahun 2016, Nintendo mencoba peruntungan dalam bidang game mobile dengan merilis Miitomo dan Super Mario Run yang tidak menggunakan konsep transaksi mikro (pembelian di dalam game), kala itu Super Mario Run dijual dengan harga US$10.

Sayangnya, kedua game ini tidak memenuhi ekspektasi penjualan Nintendo, Miitomo telah diunduh sekitar 15 juta kali dan Super Mario Run memperoleh total penghasilan sebesar US$60 juta. Ini adalah faktor yang memicu Nintendo untuk melakukan percobaan lebih lanjut tentang cara memonetisasi game mobile.

Kemudian Nintendo memperoleh kesuksesan yang jauh lebih besar dengan game Pokémon Go and Fire Emblem: Heroes. Meskipun game ini gratis, keduanya memiliki sistem transaksi mikro yang jauh lebih kecil dibanding game “freemium” lain. Selanjutnya Nintendo terus memperoleh kesuksesan dengan merilis Animal Crossing: Pocket Camp, Dragolia Lost, dan Dr. Mario World.



Hingga akhirnya di tahun 2019, Nintendo merilis Mario Kart Tour, yang merupakan salah satu implementasi transaksi mikro yang paling mengerikan dari perusahaan tersebut. Game ini tidak hanya menerapkan sistem “gotchya”, tetapi pemain juga dapat berlangganan “gold pass”, yang memberikan hadiah menarik setiap menyelesaikan balapan seperti kendaraan eksklusif, equipment, dan akses ke balapan yang lebih menantang. Mata uang game, “rubi,” juga dibanderol dengan harga yang lumayan besar. 135 rubi memiliki harga US$70, harga yang bahkan lebih tinggi daripada kebanyakan game PlayStation 4 saat ini.

Sangat disayangkan Nintendo yang awalnya tampak berbeda dari developer game mobile lain, akhirnya menjadi budak transaksi mikro yang menghasilkan uang cepat dengan memanfaatkan kecintaan penggemar terhadap game agar mau menghabiskan uang sebanyak mungkin.

Namun semua berubah di awal 2020. Saat itu 57 juta konsol Nintendo Switch telah ludes terjual. Mayoritas dari 57 juta gamer ini bertanya-tanya, mengapa ada yang ingin memilih untuk bermain game seperti Animal Crossing: Pocket Camp (game prototype Animal Crossing yang setengah jadi) dengan transaksi mikro kejam, ketimbang Animal Crossing: New Horizons yang jelas-jelas jauh lebih bagus dan tidak akan menguras banyak uang kalian?

Alasan mengapa game Switch memiliki kualitas tinggi adalah karena Nintendo ingin konsumen membeli konsol tersebut. Sementara dalam kasus game mobile, tidak ada konsol atau hardware yang bisa dijual, oleh karena itu pembuatan game Switch memberikan insentif yang lebih besar pada perusahaan. Jika melihat hal tersebut, keputusan Nintendo kali ini sangat masuk akal.

Dengan jumlah penjualan Switch yang terus meningkat, keputusan Nintendo untuk menarik diri dari pasar game mobile adalah langkah cerdas. Semoga Nintendo Switch bisa terus meningkatkan kualitasnya tanpa harus menerapkan monetisasi agresif.

BACA JUGA: Nintendo ajukan dua tuntutan terkait pembajakan