Blizzard, perusahaan game yang telah mengeluarkan sejumlah game populer seperti Diablo dan World of Warcraft, baru-baru ini menjadi topik pembicaraan hangat setelah sebagian besar pegawainya memprotes keras kesenjangan upah antara pegawai jajaran bawah dan para petingginya.

Setelah dilakukan survei internal pada tahun 2019 yang menunjukkan lebih dari setengah pegawai Blizzard tidak puas dengan gaji mereka, perusahaan tersebut melakukan studi untuk mengkaji kenaikan upah pekerja. Hasil studi itu diterapkan bulan lalu.

“Tujuan kami adalah memastikan kompensasi pegawai diberikan secara adil,” ucap juru bicara Blizzard, Jessica Taylor, kepada Bloomberg.

“Pegawai-pegawai terbaik mendapatkan kenaikan upah lebih dari 20 persen, dan banyak juga yang dipromosikan.”

Tapi ternyata itu tidak cukup untuk memuaskan para pegawai, mereka secara terang-terangan mendata kenaikan upah yang didapat seluruh pegawai, hasilnya, ternyata kenaikan upah tidak lebih dari 10 persen, sangat jauh dari harapan.



Kesenjangan upah memang menjadi permasalahan panas di perusahaan video game bernilai US$150 miliar itu. Sebuah organisasi kesejahteraan pegawai pernah mengkritik Blizzard terkait upah Chief Executive, Bobby Kotick. Pada tahun 2019, ia mendapatkan kompensasi dengan nilai fantastis yang mencapai US$40 juta. Di tahun yang sama, Blizzard juga memberikan bonus sebesar US$15 juta kepada Chief Finnancial Officer, Dennis Durkin.

Perkembangan pesat Blizzard tidak diikuti dengan kesejahteraan pegawainya. Jika seorang produser atau enginer bisa mendapatkan US$100.000 setahun, customer-service dan game tester hanya bisa mendapatkan upah minim yang bahkan terbilang sangat tidak layak.

kredit: The Bubble

Pegawai di jajaran bawah Blizzard terkadang harus mengurangi porsi makan mereka agar bisa membayar sewa tempat tinggal, ada juga yang mengurungkan niatnya untuk memiliki momongan karena tidak yakin bisa membiayainya. Sementara, para petinggi Blizzard mendapatkan bonus untuk berwisata sekeluarga ke Disneyland.

BACA JUGA: Jalin kerja sama dengan EA Sports, Malaysia Football League gelar kompetisi resmi esports FIFA