MPL Season 5 telah berlalu dengan RRQ Hoshi bertakhta. Mereka duduk nyaman di singgasana kasta tertingi scene Mobile Legends: Bang Bang di Indonesia setelah menundukkan Evos Legends dengan skor 3-2 di final.

Selesainya gelaran tersebut diikuti oleh ramainya gosip perpindahan pemain termasuk para pemain asing yang dikaitkan dengan tim-tim besar di Indonesia. Ya, sistem franchise league yang dianut oleh MPL telah menuntut agar semua tim peserta menjadi kompetitif, sehinga menghasilkan kompetisi yang benar-benar berkualitas untuk dinikmati oleh semua penggemar pertarungan di Land of Dawn.

Sebut saja Xorn, yang belakangan gencar dikaitkan dengan Macan Putih, belum lagi Rippo yang terus mesra bersama Bigetron Alpha.

Pemain impor di scene MPL Indonesia memang bukan barang baru, katakan saja SaSa asal Malaysia yang sudah malang melintang bersama ONIC Esports, begitu juga Wizzking dari Brunei Darussalam yang gemilang untuk RRQ Hoshi di awal musim MPL Season 5, membantu sang raja membuka jalan menuju puncak.

Lalu bagaimana sebenarnya aturan perpindahan pemain dan pemain asing ini? ONE Esports menghubungi Lius Andre, esports manager Moonton Indonesia untuk mendapatkan jawabannya.

“Regulasi tentang pemain asing adalah maksimal tiga pemain dan terpenting mereka diwajibkan memiliki Visa Kerja terlebih dahulu untuk tampil di MPL Indonesia,” buka Lius pada ONE Esports.

“Perpindahan pemain sudah bisa dilakukan terhitung dari berakhirnya babak playoff sampai ditutup sebelum lock roster musim berikutnya dimulai.”

“Sepanjang periode tersebut, klub-klub dibebaskan oleh MPL untuk bernegosiasi terkait perpindahan pemain, mulai dari mahar hingga kontrak tetapi ketika kesepakatan tercapai, mereka harus melaporkan transfer tersebut melalui sebuah ‘Transfer Form’,” tandasnya.



Terkait negosiasi perpindahan pemain, termasuk di dalamnya fee transfer dan kontrak kami menghubungi Patrick Kristian yang merupakan manajer Bigetron Alpha, salah satu tim yang menjulang di MPL musim lalu.

Patrick menjelaskan, perpindahan pemain di scene kompetitif Mobile Legends Indonesia sudah dapat dikatakan mirip dengan perpindahan pemain di sepakbola yang melibatkan mahar dengan jumlah tertentu.

“Untuk transfer pemain kurang lebih sama dengan di sepakbola. Untuk mewujudkan kepindahan pemain incaran yang masih terikat kontrak dengan tim lain, maka manajemen kedua kubu akan melakukan negosiasi,” ujarnya.

“Jumlah mahar yang harus dikeluarkan oleh klub untuk mendapatkan jasa pemain incaran memang tidak diumumkan secara resmi namun jika kesepakatan tercapai maka perpindahan itu harus dilaporkan kepada MPL.”

“Yang sedikit membedakan antara sepakbola dan esports di Indonesia adalah soal keterlibatan agen pemain. Peran ini belum maksimal karena ruang lingkupnya masih kecil, tidak seperti di sepakbola. Tim-timnya belum terlalu banyak namun ke depannya bukan tidak mungkin peran agen pemain bisa dijajaki dengan lebih serius.”

Tidak ketinggalan Patrick juga menjelaskan pemain muda agar bisa mendapatkan kontrak, minimal harus berusia 16 karena terkait dengan regulasi ketenagakerjaan.

“Pemain yang masih di bawah 16 tahun, tidak bisa mendapatkan kontrak, ini sejalan dengan kebijakan dari MPL dan tenaga kerja dari pemerintah sehingga pemain yang masih di bawah umur tidak bisa diturunkan di kompetisi terbesar MLBB di Indonesia,” jelasnya.

BACA JUGA: Larajie ungkap sejumlah masalah player MLBB dari Bali