Esports sudah menjadi industri yang sangat besar di Indonesia satu dua tahun terakhir. Lewat beberapa game, esports menghidupkan banyak orang.

Tak sekadar player, tapi juga pelatih, manajemen, media, sampai segala hal yang berhubungan dengan industri ini. Industri yang ternyata sangat besar.

Banyak anak-anak kini punya mimpi menjadi pemain pro esports. Mereka ingin menjadi the next Donkey, Lemon, Zuxxy, dll.



Terlepas dari itu tak mudah meyakinkan orang tua. Tak semua orang tua seperti ayah dan ibunya Celiboy yang menonton langsung anaknya di MPL.

Ranah esports dengan gamenya masih sangat buram bagi mereka. Fauzi Anskar atau Ranger Emas, berbicara soal ini kepada ONE Esports.

“Orang tua tak bisa disalahkan jika tak mengerti. Mereka beda umur dan daerah. Mereka tak tahu game bisa menghasilkan uang. Cuma harus dari kitanya. Kita harus menjelaskan pelan-pelan dan ajak ngobrol,” ujarnya.

“Dan mereka butuh bukti. Orang tua saya saja tak percaya dengan pekerjaan ini sampai sekarang. Mereka pasti bilang kenapa tidak kerja yang lebih jelas. Tapi dengan saya membuktikan akhirnya mereka memperbolehkan.”

“Kalian semua yang di rumah juga bisa melakukan itu. Ga perlu sampai jadi pro player. Misal memenangi turnamen-turnamen kecil ada uangnya, sisihkan kasih orang tua. Kalau memang jago kalian pasti ikut turnamen terus, dilihat sama player lain, digaji, kasih orang tua. Sehingga punya bukti.”

“Banyak kok player yang dulunya dilarang sama orang tua tapi sekarang bersinar di MPL. Orang tua tak bisa disalahkan, mereka kolot. Sama kayak kita di masa depan nanti di mata anak-anak kita,” tutup dia.

BACA JUGA: Lima player paling berguna di Mobile Legends menurut Ranger Emas