Game online terus berkembang menjadi sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, dari sesuatu yang sering dinikmati di sofa, hingga menjadi turnamen berhadiah ratusan miliar rupiah yang disaksikan oleh jutaan orang. Scene kompetitif game online disebut dengan istilah “esports”.

Saat ini esports merupakan industri baru yang menjanjikan, berbagai organisasi profesional telah membentuk timnya masing-masing, sejumlah game muncul menjadi pilihan populer, sebut saja Dota 2, League of Legends, Fortnite, dan Mobile Legends. Esports bahkan berpotensi menjadi bagian dari Olimpiade Paris 2024.

Tapi tidak sedikit orang berpendapat jika dunia esports itu dipenuhi bahaya, mulai dari bahaya perjudian hingga risiko diretas atau ditipu. Terlepas dari semua itu, esporst juga memiliki berbagai nilai positif, salah satunya adalah memberi kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak pernah bisa mereka lakukan di dunia nyata. Tidak seperti olahraga pada umumnya, esports bisa dinikmati juga oleh teman-teman difabel.

Tahukah kalian jika di negara kita ada komunitas yang bergerak di bidang esports untuk difabel? Komunitas itu bernama Esports Ability Indonesia. Komunitas ini dibuat untuk mewadahi difabel yang ingin berkiprah di dunia esports.

Komunitas yang beranggotakan sekitar 600 orang itu awalnya dibentuk karena kesamaan hobi. “Awalnya dibuat karena banyak teman-taman disabilitas yang main PUBG Mobile, kemudian saya berinisiatif agar teman-teman difabel tidak hanya main saja, tapi ikut kompetisi juga. Selain itu, komunitas ini dibentuk dengan tujuan untuk mengadvokasi dan mengedukasi masyarakat tentang keberadaan dan eksistensi teman-teman difabel melalui esports,” ucap Shena selaku founder Esports Ability Indonesia.

Berbagai kegiatan sering dilakukan komunitas ini mulai dari sparing online dengan anggota komunitas se-Indonesia, live stream, coaching clinic, sharing session, dan gathering. Berbagai kegiatan tersebut dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, karena tantangan terbesar difabel adalah krisis kepercayaan diri. Mereka sebenarnya memiliki potensi yang sama besar, buktinya Tràn “1tay thách đấu” Văn Hoàng mampu menjadi salah satu pemain Team Fight Tactic terbaik di dunia meski ia difabel.



Saat ini perusahaan video game besar mulai menyadari pentingnya untuk merangkul teman-teman difabel. Salah satunya adalah Naughty Dog, mereka baru saja merilis game Last of Us part 2 dengan fitur sound based mode, ultra contrast mode, dan slow motion mode yang dihadirkan agar teman-teman difabel bisa menikmati game tersebut.

Menanggapi hal itu, Shena berkata “ini merupakan sesuatu yang bagus. Selama ini game selalu dianggap bisa dinikmati semua orang, namun nyatanya teman-teman difabel sering kali merasa sebaliknya. Contohnya saat bermain CS:GO, mereka tidak bisa mendengarkan suara step. Alasan ini juga yang menyebabkan teman-teman difabel sering bermain PUBG Mobile dan game MOBA, karena kedua game tersebut sudah ramah disabilitas.”

“PUBG Mobile memiliki fitur notifikasi arah suara di map, sementara kebanyakan MOBA sudah mendukung low vision mode. Melalui game ini, semoga teman-teman yang mau membuat game atau aplikasi lainnya bisa belajar untuk membuat sesuatu yang ramah disabilitas,” jelas Shena.

Dengan dibentuknya Esports Ability Indonesia, Shena berharap semakin banyak masyarakat teredukasi dan mengerti keberadaan teman-teman disabilitas. Ia juga berharap masyarakat agar tidak segan untuk berinteraksi dengan teman-teman difabel.

Untuk teman-teman difabel, Shena berpesan “jangan takut untuk bermimpi, ayo bergabung di Esports Ability Indonesia dan mari sama-sama mewujudkan impian kita berkecimpung di dunia esports, karena esports itu untuk semua orang. Jangan takut dan ragu untuk bergabung bersama kami.”

Bagi kalian yang tertarik untuk mengenal lebih jauh komunitas Esports Ability Indonesia, kalian bisa langsung menghubungi mereka melalui Facebook atau Instagram.

BACA JUGA: Jepang siap gelar ajang esports perdana untuk penyandang disabilitas