Baru-baru ini sebuah studi yang diterbitkan oleh Psychology of Sport and Exercise membuktikan bahwa kepercayaan diri adalah prediktor kuat untuk sukses dalam permainan kompetitif.

Partisipan dalam penelitian ini adalah 82 pria berusia antara 18 dan 32, mereka berkompetisi di CS: GO untuk jadi yang tercepat dalam membunuh bot level expert.

Maciej Behnke, manajer Psychophysiology and Health Lab di Adam Mickiewicz University Poznań, Polandia, mengatakan bahwa penggunaan bot dimaksudkan untuk “membatasi pengaruh faktor-faktor eksternal” pada kinerja pemain. Para pemenang kompetisi ditawari hadiah uang tunai sehingga suasana kompetitif, tekanan, dan motivasi dari acara esports bisa timbul.

Para pemain diminta untuk mengukur keterampilan mereka menggunakan skala tujuh poin, mulai dari satu untuk keterampilan sangat rendah hingga tujuh untuk keterampilan sangat tinggi. Para pemain diberi evaluasi kinerja mereka setelah setiap putaran permainan dan para peneliti mengatakan kepada beberapa pemain bahwa skor mereka lebih buruk atau lebih baik daripada yang sebenarnya mereka lakukan.

Behnke mengatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan ini, mereka “berhasil mengubah cara pemain mengevaluasi diri mereka sendiri, tetapi perubahan ini tidak mempengaruhi kinerja mereka.”



Kesimpulan ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Behnke and co. pada pemain FIFA, menggunakan format serupa dengan 241 pemain pria.

Studi ini difokuskan pada dampak emosi pra-pertandingan pada kinerja. Sebelum putaran dimulai, para pemain diperlihatkan video yang merangsang “kesenangan, kemarahan, kesedihan atau antusiasme,” menurut Behnke.

Emosi negatif seperti kemarahan tidak membantu, tetapi emosi positif meningkatkan motivasi pemain dan mendorong mereka untuk mencapai skor yang lebih baik. “Gamer mungkin tertarik pada apa yang membantu mereka tampil lebih baik,” kata Behnke tentang hasilnya.

Lukasz Kaczmarek, penyelia ilmiah Behnke dan seorang kolaborator dalam penelitian esports, mengatakan bahwa hubungan antara emosi positif dan motivasi dalam dunia game kompetitif ini mungkin mengejutkan bagi sebagian orang.

“Kebanyakan orang (termasuk peneliti) yang tidak terbiasa dengan esports dan game mungkin percaya bahwa game didorong oleh haus darah, kekerasan, kemarahan, dan segala macam motivasi buruk lainnya,” kata Kaczmarek. “Itu tidak benar.”

Behnke mengatakan bahwa “para peneliti sedang mencoba memperluas cakupan penelitian esports namun lapangan ini penuh dengan penelitian yang meneliti ‘sisi gelap’ dari game, tetapi kita tidak boleh melupakan aspek positif dari game,” katanya.

BACA JUGA: Streamer cantik Annie Roberts pensiun dari Overwatch