Publik esports Indonesia ini tengah ramai membicarakan tentang pemotongan bonus yang dilakukan Asosiasi Esports Indonesia (IESPA) kepada para pemain yang sukses menyabet medali di SEA Games 2019. Hal ini menjadi polemik tersendiri di tengah masyarakat.

Ketua Umum IESPA, Eddy Lim, telah membenarkan perihal pemotongan bonus yang mereka lakukan kepada tim Mobile Legends dan Arena of Valor yang meraih medali perak di SEA Games 2019.

Prestasi tersebut membuat kedua tim tersebut mendapatkan apresiasi dari pemerintah masing-masing sebesar Rp750 juta alias total Rp1,5 miliar, di mana 25 persen di antaranya (Rp375 juta) menjadi “jatah” IESPA.

Wajar jika hal ini membuat publik esports Indonesia merasa marah kepada IESPA yang memangkas pendapatan para atlet yang telah berjuang membela nama bangsa di SEA Games 2019, meskipun uang tersebut akan dipegunakan untuk dana operasional asosiasi untuk tetap bisa sustain dalam menjalankan perannya.



Namun, kesepakatan pemotongan ini sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum para pemain diberangkatkan ke SEA Games 2019. Bukan diminta setelah dipastikan bakal mendapat bonus dari pemerintah.

Eddy Lim pun mengatakan bahwa para pemain berhak untuk tidak menandatangani kontrak perjanjian tersebut jika menolak tanpa adanya paksaan dan ancaman.

Hal ini juga telah dibenarkan oleh salah satu atlet Hearthstone Indonesia, Hendry “Joth703” Hadisurya Koentarto. Meski dirinya tidak mendapat potongan karena urung meraih medali di SEA Games 2019, tetapi dirinya mengaku tidak keberatan untuk memberikan kontribusi kepada IESPA.

“Saya setuju-setuju saja karena tujuannya juga jelas untuk sustansi organisasi yang merupakan sesuatu hal yang normal. For the record, saya sendiri juga pernah terkena potongan pas Asian Games (2018) kemarin dan tidak keberatan juga,” ucap Joth703 seperti dikutip dari GGWP.id.

Selain mengaku tidak keberatan, Joth703 juga mengaku bawa tidak ada unsur pemaksaan kepada para pemain untuk menandatangani kontrak tersebut, sekaligus merasa bingung melihat permasalahan tersebut menjadi ramai diperbincangkan saat ini.

“Tidak ada unsur pemaksaan juga. Makanya saya sempat bingung, kok malah jadi heboh seperti ini. Sebelum dan ketika SEA Games berlangsung, para player juga sudah tahu dan menandatanganinya secara sadar,” kata Joth703.

“Ada juga beberapa player atau official yang memang tidak setuju dan tidak hadir saat penandatanganan kontrak. Selama dua pekan sebelum hari H juga tidak dikejar-kejar untuk “harus” tanda tangan,” tuturnya.

BACA JUGA: Salah satu organisasi esport terbesar di dunia lakukan rebrand