PUBG Mobile dilaporkan mencatat 13,3 persen pertumbuhan dari tahun ke tahun, dan diprediksi telah menghasilkan sekitar US$198 juta (Rp2,9 triliun) pada bulan lalu.

Menurut laporan Sensor Tower, mayoritas pendapatan ini berasal dari PUBG Mobile versi China bernama ‘Peacekeeper Elite‘, yang menyumbangkan 56,5 persen dari total pendapatan. Amerika Serikat menempati posisi kedua dengan kontribusi 12,4 persen.

Baru-baru ini, PUBG Mobile kehilangan basis pemain terbesarnya (di luar China) menyusul pemblokiran game tersebut di India pada 2 September lalu. Kementerian elektronik dan TI India menuduh bahwa game tersebut mencuri data pengguna dan mengirimkannya ke server di luar India.

Meskipun demikian, pendapatan PUBG Mobile tidak terlalu terpengaruh. Ini karena pengeluaran para pemain India terbilang rendah. Menurut laporan Times Now, yang mengutip Sensor Tower, pemain dari India hanya menyumbang 1,2 persen dari total pendapatan PUBG Mobile saat game tersebut belum diblokir.



Jika dibandingkan dengan laporan dari Sensor Tower tentang pendapatan PUBG Mobile pada Agustus 2020, bulan lalu game tersebut mendapatkan penghasilan yang jauh lebih rendah. Pada Agustus, game tersebut dilaporkan meraup sekitar US$221 juta (Rp3,25 triliun).

Pendapatan tinggi di bulan Agustus ini dipengaruhi oleh kedatangan season baru yang juga menghadirkan ‘Royale Pass‘. Sebuah fitur yang menawarkan berbagai hadiah menarik dengan sistem berlangganan itu sangat diminati oleh para pemain PUBG Mobile.

Tapi dengan penghasilan fantastis ini, PUBG Mobile bukanlah game seluler berpenghasilan tertinggi di bulan September. Game yang berada di posisi pertama adalah game MOBA buatan Tencent, Honor of Kings.

Kredit: Sensor Tower

Game yang memiliki nama Arena of Valor di kancah global itu telah menghasilkan pendapatan sekitar US$240 juta (Rp3,53 triliun).

BACA JUGA: SMBG Esports, tim PUBG Mobile baru garapan Pevita Pearce dan Tanta Ginting