Beberapa waktu lalu Pemerintah India telah melakukan pemblokiran terhadap 118 aplikasi dari Cina, termasuk beberapa game populer. Hal ini dilakukan sebagai buntut dari perselisihan di antara kedua negara tersebut di Ladakh.

Dari 118 aplikasi tersebut, salah satunya merupakan game PUBG Mobile yang begitu digemari di India. Kendati negaranya memiliki banyak pemain profesional di scene ini, Pemerintah India melalui Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi tetap mengeluarkan larangan tersebut.

Kondisi ini tentu sangat mengguncang komunitas esports India dan dunia. Terlebih, India merupakan salah satu negara penyumbang jumlah pemain terbanyak PUBG Mobile, di mana tercatat 24 persen unduhan game battle royale ini berasal dari sana. Jumlah yang sangat fantastis.

Kondisi ini membuat salah satu pemain profesional PUBG Mobile asal India yang bermain untuk Team SoloMid (TSM) Entity, Ghatak, mengajukan satu permintaan kepada pihak pemerintah. Ia meminta pemerintah untuk “mempertimbangkan kesempatan bagi kami (para pemain profesional) untuk memainkan event ini dari wilayah yang berbeda”.

Event yang dimaksud Ghatak adalah kejuaraan dunia PUBG Mobile yang akan datang. Pasalnya TSM Entity memiliki kesempatan untuk tampil di ajang tersebut setelah menjalani persiapan panjang.

“Sebagai pemain esports, saya menghormati pelarangan PUBG dari Pemerintah India. Saya hanya memiliki satu permintaan karena kami telah mempersiapkan diri menghadapi event hampir selama satu tahun. Saya meminta kepada semua pihak untuk mempertimbangkan kesempatan bagi kami memainkan event ini dari wilayah yang berbeda,” tulis Ghatak di akunTwitter-nya.

Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi India pun sebelumnya mengaku telah “menerima banyak keluhan dari berbagai sumber, termasuk beberapa laporan penyalahgunaan beberapa aplikasi seluler”. Aplikasi-aplikasi yang dilarang tersebut diduga telah “mencuri dan diam-diam mentransmisikan data pengguna dengan cara yang tidak sah ke server yang ada di luar India”.

Sebelum mengeluarkan permintaan ini pada Jumat (4/9/2020), beberapa hari sebelumnya Ghatak pun sempat menyinggung soal menghadirkan lapangan pekerjaan dari sektor gaming. Namun, kini Pemerintah India justru telah membuat banyak pihak kehilangan pekerjaannya.

“Beberapa hari yang lalu pemerintah sempat berbicara tentang menciptakan lebih banyak pekerjaan di sektor game dan sekarang mereka telah melarang aplikasi yang memberikan pekerjaan dalam jumlah yang tak terhitung kepada calon gamer di negara ini. PUBG menciptakan harapan bagi jutaan anak di negeri ini,” tulis Ghatak.



Di sisi lain manajer TSM Entity, Sid, mencoba untuk tetap tenang dan berpikir jernih. Ia percaya larangan untuk memainkan PUBG Mobile di India ini tidak akan berlangsung lama.

“Ayo tenang, game ini juga dilarang di Pakistan dan kemudian dibatalkan. Jangan terlalu panik, semuanya akan baik-baik saja. Jika satu pintu tertutup, pintu lainnya akan terbuka. Jika tidak, kami akan mendobraknya dan masuk,” ucap Sid seperti dikutip dari AFK Gaming.

Beberapa laporan mengabarkan bahwa kondisi ini telah membuat Tencent sebagai pemilik PUBG Mobile telah mengalami kerugian sebesar US$34 miliar atau lebih dari Rp501 triliun dalam bentuk nilai pasar saham sejak India memberlakukan pelarangan ini.

Dalam sebuah pernyataan melalui email kepada Business Insider, Tencent mengatakan bahwa mereka “sangat menantikan untuk bisa duduk bersama pihak berwenang di India” demi menjelaskan semuanya dalam hal perlindungan terhadap data pengguna agar PUBG Mobile bisa kembali dimainkan di Negeri Hindustan itu.

BACA JUGA: Semua game Tencent diblokir di India