Mengalami keterbatasan fisik alias disabilitas tidak menghalangi siapapun untuk berprestasi di dunia olahraga, termasuk esports. Hal ini juga yang berhasil ditunjukkan oleh player PUBG Mobile, Muhammad Rafi Sandi.

Nama M Rafi Sandi sempat mencuat setelah dirinya berhasil menjuarai kategori khusus disabilitas PUBG Mobile Mode Solo yang menjadi salah satu rangkaian dari turnamen Battle of Gods yang digelar oleh Dewa United. Pada kategori tersebut menyediakan 100 slot peserta bagi teman-teman disabilitas.

Menariknya, para player disabilitas ini sangat antusias untuk mengikuti turnamen ini. Dalam waktu singkat 100 slot tersebut langsung terisi penuh dan menghadirkan tiga pemenang, yaitu Muhammad Rafi Sandi (Tangerang), Jarot Adrianto Putra (Makassar), dan Andreas Deux Talitakum (Bali).

Tertarik untuk mengetahui latar belakang M Rafi Sandi, ONE Esports pun mencoba menggali lebih banyak mengenai sang pemaindi sela-sela acara peluncuran Dewa United Esports di JHL Solitaire Hotel, Tangerang, pada Kamis (18/2/2021). Ternyata, Rafi pernah berada dalam satu tim bersama Sarah Viloid.

“Saya memang suka bermain game itu sedari kecil. Sementara untuk masuk ke esports ini baru dua tahun terakhir sejak PUBG Mobile dirilis karena saya suka main game tembak-tembakan. Saya coba terus untuk bisa masuk ke esports, hingga akhirnya saya mendapat tim,” ucap Rafi.

“Dahulu saya pernah bergabung dengan Vilo.id pada 2018 dan sempat bermain di turnamen PWK. Setelah itu saya masuk Reborn pada 2019. Sebelumnya saya sempat membuat clan sendiri bernama Spiderwebs dan sekarang di Freak Out Esports,” tutur pemain berusia 21 tahun ini.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi yang dialami Rafi tidak menghalangi dirinya untuk bisa berprestasi dan mengarungi dunia esports dengan lebih baik ketimbang kebanyakan orang normal yang memiliki cita-cita sama di cabang ini.



Kekurangan yang dialami Rafi adalah lumpuhnya kedua kaki yang dialami secara tiba-tiba ketika ia berusia 14 tahun. Ia mengalami sebuah penyakit yang sangat langka, yaitu Mielitis Transversa.

“Di Indonesia sendiri baru ditemukan 2-3 kasus serupa sejauh ini. Penyakit ini menyerang sumsum tulang belakang. Ketika saya bangun tidur, tiba-tiba sudah seperti ini (kedua kaki lumpuh). Padahal pada malam sebelumnya masih normal dan sehat,” tutur Rafi.

Sama seperti player esports lainnya, Rafi juga mengaku harus pintar-pintar membagi waktunya untuk latihan dan melakukan kegiatan lainnya, terlebih ia juga saat ini tengah menimba ilmu di bangku perkuliahan.

Meski demikian, Rafi mengaku sangat bersyukur bisa menggeluti dunia esports karena penghasilan yang ia dapatkan sedikit banyak bisa membiayai perkuliahannya, meski segan untuk mengatakan bahwa semua biaya yang ada sudah bisa ia tutupi dari dunia esports. “Sebenarnya bisa (membiayai kualiah), tetapi penghasilan saya di esports masih belum konsisten atau tetap.”

Lebih lanjut, Rafi pun mengaku sangat ingin bisa terlibat, jika esports benar-benar hadir di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) mendatang. Ia sangat ingin bisa membawa nama Banten merak prestasi di ajang esports.

BACA JUGA: Resmi diperkenalkan, Dewa United siap bersaing di semua kompetisi esports