Kompetisi Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) Season 6 memiliki warna tersendiri jika kita bandingkan dengan musim-musim sebelumnya. Pasalnya pada gelaran kali ini, Moonton sebagai developer game MOBA mobile ini sempat menghadirkan beberapa perubahan besar ke Land of Dawn di tengah kompetisi.

Perubahan tersebut adalah mulai diberlakukannya ban lima hero yang mulai efektif dilakukan pada pekan kelima MPL ID Season 6. Sementara dua pekan berikutnya, Moonton juga menghadirkan salah satu patch terbesar yang pernah ada hingga sedikit banyak mengubah cara bermain Mobile Legends.

Selain memberikan nerf, buff, dan revamp untuk beberapa hero, Mobile Legends juga kini menghadirkan role baru, Jungler, serta gold dan EXP lane di awal permainan. Hal ini juga membuat beberapa tim, terutama RRQ Hoshi, mengubah strategi mereka dari hypercore menjadi dua core.

Hal ini pun terbukti manjur. Lemon cs sama sekali tidak pernah merasakan kekalahan dalam satu pertandingan, bukan game, hingga mereka berhasil bangkit di papan klasemen musim reguler mengamankan satu slot di upper bracket playoff MPL ID Season 6.

Di babak playoff pun RRQ Hoshi tampak semakin mapan dengan menggunakan strageti dua core, meski mereka sempat kesulitan untuk memastikan gelar juara dari tangan Alter Ego di partai grand final yang berakhir dengan skor 3-2.

Jika strategi ini telah terbukti manjur dipraktekkan oleh RRQ Hoshi, adalah hal yang lumrah bagi tim-tim lain untuk ikut menerapkan strategi yang sama di playoff MPL ID Season 6. Akan tetapi, tidak banyak tim yang sempat terlihat menggunakan META ini, termasuk ONIC Esports.



Ketika mendapat kesempatan untuk berbincang secara langsung dengan Gilang “Sanz”, ONE Esports mencoba untuk menanyakan apa alasan mereka yang memilih untuk tetap menggunakan strategi hypercore hingga tersingkir di posisi empat besar MPL ID Season 6.

“Sebenarnya kemaren itu saya inginnya kami bermain dua core, tetapi coach tidak mau karena tim jarang sekali berlatih dan scrim dengan memainkan dua core,” ucap Sanz kepada ONE Esports.

“Jadi, selama ini saya terus berlatih sebagai hypercore dan hingga babak playoff, kami tidak percaya diri untuk memainkan strategi dua core,” tuturnya.

Di sisi lain, Sanz juga mengaku bahwa strategi dua core ini tidak sepenuhnya menjamin kemenangan bagi ONIC Esports. Ada beberapa risiko yang harus diterima dengan menggunakan strategi ini, yaitu memiliki earlygame yang tidak terlalu kuat, tetapi bisa menjadi jaminan di lategame.

BACA JUGA: Permintaan Sanz untuk pemain ONIC: Jangan suka menyalahkan saya lagi