Dalam dunia esports, banting stir ke game lain bukan sesuatu hal yang mengejutkan, layaknya seorang pelari sekelas Usain Bolt ketika memutuskan untuk menjadi pesepak bola. Bahkan bisa dibilang, ada banyak sekali pemain profesional esports yang melakukan hal ini.

Sebagian besar pro player esports saat ini memiliki latar belakang sebagai pemain game lainnya. Sebut saja Muhammad “Lemon” Ikhsan yang menjadi ikon Rex Regum Qeon (RRQ) Hoshi, sebelumnya menimba ilmu di dunia game MOBA dengan memainkan Dota2 dan lainnya sebelum terjun ke Mobile Legends.

Hal yang sama juga terjadi kepada rekan satu timnya, Rivaldi “R7” Fatah. Bedanya, R7 sudah lebih dahulu menjadi pemain pro Dota2 bersama RRQ sebelum memilih banting stir ke Mobile Legends.

Keputusan seperti ini adalah hal yang lumrah terjadi pada setiap orang, layaknya seorang manusia yang berusaha untuk menjadi lebih baik dengan menentukan sebuah pilihan demi karier dan masa depan yang lebih baik.

Berikut lima hal yang bisa kita pelajari dari perjalanan karier esports R7 hingga kini disebut-sebut sebagai offlaner Mobile Legends terbaik di dunia.

Hengkang dari Dota2

R7 merupakan mantan pemain Dota2 untuk RRQ. Menurut data yang ada di Liquipedia, ia sudah pernah bermain untuk beberapa tim, seperti Majapahit Esports dan The Prime, sebelum gabung dengan RRQ.

Namun seiring berjalannya waktu, R7 berpikir bahwa sangat sulit untuk menjadi pro player Dota2 di Indonesia. Selain minimnya turnamen besar, scene game MOBA PC ini di Tanah Air sudah cukup tertinggal dari negara-negara lain, terutama Eropa dan Cina.

“Dota2 di Indonesia kalah jauh dari negara lain. Kita masih punya banyak PR untuk bisa mengejar tim-tim luar,” ucap R7 dalam acara Empetalk di channel Youtube milik Jonathan “Emperor” Liandi.

Sejauh ini, tim Dota2 Indonesia yang masih terus berkembang dan bisa bersaing dengan tim-tim lain adalah BOOM Esports. Hal ini juga yang membuat Dreamocel dkk menjadi begitu superior di setiap turnamen dalam negeri.

Awal ketertarikan pindah ke scene Mobile Legends

Hengkangnya R7 ke Mobile Legends pun terjadi secara alami dan tidak direncanakan sebelumnya. Alam lah yang mengatur perkenalannya dengan game MOBA mobile tersebut di Gaming House RRQ.

Dalam beberapa kesempatan, ia berjumpa dan dengan para pemain RRQ Hoshi, berkenalan, dan memiliki kesempatan untuk bermain bersama di waktu senggang.

“Dulu karena satu Gaming House sama anak-anak Mobile Lehends. Jadi pas turun, ketemunya dengan mereka, menjadi akrab, terus main bareng juga,” tutur R7 kepada Emperor.

R7 pun memutuskan untuk pindah ke divisi Mobile Legends saat scene professionalnya akan segera memasuki Mobile Legends Professional League (MPL) Season 4. Kala itu, RRQ Hoshi sedang terpuruk lantaran hanya finis di peringkat terakhir pada babak playoff MPL Season 3.



Sempat membentuk tim Mobile Legends sendiri

Meski telah menjadi bagian dari RRQ, langkah R7 untuk bisa bergabung dengan Hoshi tidak lah mudah dan instan. Terlebih dahulu ia harus bisa meyakinkan manajemen bahwa dirinya memang memiliki kualitas.

Di sela-sela kesibukannya sebagai player Dota2, R7 yang sudah mencicipi Mobile Legends sejak Season 3 in-game sempat membentuk tim sendiri untuk mengikuti beberapa turnamen di Bandung dan terus mengasah kemampuannya dalam bermain.

“Saya bersama temen-temen bikin tim. GH-nya ya di rumah saya. Cuma setelah menang tiga kali, akhirnya kalah,” ujar R7.

Meski demikian, sedikit pengalamannya di scene Mobile Legends tersebut menjadi langkah awal dirinya bisa menjadi bagian dari RRQ Hoshi seperti saat ini.

Sempat pesimistis saat dipercaya gabung RRQ Hoshi

Meski telah berusaha untuk bisa menjadi bagiaan dari RRQ Hoshi, R7 ternyata sempat tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup ketika pertama kali bergabung. Terlebih pada saat itu, MPL Season 4 sudah akan bergulir hanya dalam waktu sebulan ke depan.

“Saya juga tidak yakin, soalnya cuma sebulan sebelum MPL Season 4 dimulai. Jadi saat itu saya memforsir diri untuk bermain 20 game setiap hari, ” ucap R7.

Selain waktunya sudah terlalu mepet untuk beradaptasi dengan rekan satu tim, saat itu R7 juga mengaku bahwa dirinya masih belum memiliki hero pool yang luas.

“Di MPL Season 4, saya kan selalu spam Leomord karena memang cuma benar-benar menguasai Leomord waktu itu,” tuturnya.

Beruntung bagi RRQ Hoshi dan R7, ia bisa dengan cepat menguasai banyak hero. Meski di dalam timnya ada banyak pemain berkualitas lainnya untuk mengajari dirinya menjadi offlaner, ia justru menyebut nama Eko “Oura” Julianto sebagai “gurunya”.

R7 mengaku bahwa dirinya banyak terbantu oleh Oura untuk menyesuaikan diri di posisi offlaner dan telah mencuri banyak ilmu dari MVP Mobile Legends World Championship 2019 (M1) itu di posisi tersebut.

Mengenal perbedaan gameplay antara Dota2 dan Mobile Legends

Bermodalkan pengalaman sebagai player Dota2, R7 tentu memiliki dasar-dasar bermain MOBA yang kuat hingga dapat membedakan apa yang harus ia lakukan ketika bermain Mobile Legends.

Dengan map Land of Dawn yang tak sebesar Dota2, ia menganalisis hal-hal yang harus bisa ia kuasai untuk menjadi pemain Mobile Legends yang bagus.

“Di Mobile Legends, tim yang bermain bar-bar bakal berpeluang menang dari pada tim dengan permainan rapi. Kalau di Dota2, tim bar-bar bisa aja kalah dengan mereka yang rapi dan disiplin,” kata R7.

“Jika nanti Moonton memutuskan untuk memperluas map, mungkin permainannya (gameplay) juga akan berubah.”

Tak mengherankan jika kita sekarang melihat gaya bermain R7 dan RRQ yang begitu agresif di Land of Dawn. Hal tersebut memang sangat dibutuhkan, tetapi tentu saja dengan segala perhitungan dan rotasi yang benar.

BACA JUGA: Revamp Eudora dan Saber jadi bagian dari Mobile Legends Project: NEXT