Rex Regum Qeon tentu masih sesak akan kekalahan yang terjadi Minggu (17/11) kemarin di grandfinal Piala Dunia Mobile Legends (M1). RRQ yang sempat unggul 3-1, harus menerima fakta comeback dari EVOS Legends menjadi 3-4.

Kekalahan ini sangat menyakitkan. Apalagi ini adalah grandfinal kedua yang mana RRQ tak mampu menumbangkan rival bebuyutannya tersebut.

Setelah pertandingan, mulai banyak analisis akan game tersebut di Youtube. Bahkan netizen pencinta Mobile Legends pun buka suara.

Ada satu nama yang cukup kencang dibicarakan, dia adalah Yesaya Omega Fernando Wowiling atau Xin. Pemain satu ini bisa dibilang andalan baru RRQ. Ia bergabung sesaat sebelum MPL season 4 bergulir.



Namun, kapasitas Xin membuatnya langsung masuk ke roster utama tim Mobile Legends RRQ. Versatilitas Xin juga jadi kelebihan tersendiri.

Bukan apa-apa, pemain ini tak hanya piawai jadi hardcore yakni marksman/assassin, tapi juga jago bermain memakai mage di midlane.

Performa Xin di M1 secara keseluruhan pun baik. Ia beberapa kali menjadi MVP dengan hero macam Karrie, Hayabusa, sampai Gusion.

Namun, memang ada satu masalah dari pemain ini. Caster Clara Mongstar pada saat pagelaran grandfinal mengatakan bahwa Xin punya kebiasaan terlalu over pede dan berada di posisi yang kadang terlalu over.

Hal ini diamini oleh mantan penggawa EVOS ID, Bass Klemens, yang kini menjadi analis Mobile Legends di akun Youtubenya.

Pada tiga game terakhir, Bass menganggap Xin memang kurang menggigit. Pada game kelima, ia memakai Masha dan kerap kali berada di posisi yang salah. Hal paling menonjol tentu ketika dia kabur dari Oura ke arah buff lawan, tapi di sana ternyata ada Wannn yang langsung membunuhnya. Ini menjadi awal comeback EVOS yang pada game itu sebenarnya tertinggai.

Pada game keenam, Xin menggunakan Chang’e, hero yang seharusnya selalu berada di belakang tank atau setidaknya dilindungi. Tapi lagi-lagi Xin terlalu over dalam menempatkan posisi. Ia sering kali berjalan sendirian bahkan berada di garda terdepan di banding rekan-rekannya. Hal ini membuat dia mudah dimakan pemain-pemain EVOS.

Terakhir tentu pada game pamungkas. Xin sebenarnya sudah diberikan hero signaturenya yakni Gusion. Tapi, pada early game ia seakan sangat pede bisa langsung mengambil midlane sendirian tanpa tank. Sementara Tuturu dan Lemon di side dilindungi tank.

Tak ayal, Gusion kalah level jauh dari Lunox milik Wannn yang membuat tiga early kill dan bisa menghabisi jungle dengan sempurna.

Ya, pada akhirnya jika melihat roster di grandfinal RRQ, hanya Xin yang tak punya pengalaman internasional. Berbeda dengan Tuturu, Lemon, Liam, dan Vyn yang sebelumnya sudah pernah berada di panggung luar.

Bahkan pada akhir video di game ketujuh, Bass mempertanyakan apakah akan ada perubahan roster RRQ untuk musim depan.

BACA JUGA: Jepang identik dengan video game tapi tertinggal jauh soal esports