Sistem franchise league yang baru dipraktikkan musim ini di Mobile Legends: Bang Bang Professional League penuh pro dan kontra.

Keharusan setiap tim membayar Rp15 miliar ke Moonton menjadi pembahasan tersendiri sebelum musim bergulir. Tak ayal MPL season 4 hanya diikuti oleh delapan tim. Alasan investasi dengan nominal di atas dianggap sebagai masalah utama.

Bahkan ada kabar bahwa beberapa tim esports terpaksa bubar karena tak bisa main di level tertinggi Mobile Legends. Sementara sponsor saat ini paling tergiur dengan cabang tersebut.

Tak ayal ONE Esports penasaran dan menanyakan soal ini kepada CEO dari salah satu tim yang bermain di MPL, Rex Regum Qeon, Andrian Pauline. AP mengaku bahwa tidak tepat mengatakan bahwa MPL jadi satu-satunya alasan beberapa tim bubar.



Walau dia juga mengakui bahwa pihak Moonton harus membuat turnamen tier kedua Mobile Legends demi menghidupkan scene dan tim-tim yang ingin berpartisipasi.

“Soal franchise league sampai beberapa tim udahan gitu ya, rasanya ga tepat kalau dibilang MLBB adalah satu-satunya. Gini, MPL musim-musim sebelumnya juga cuma beberapa belas tim. Cuma beda empat tim yang hilang, sedangkan yang mau ikut ribuan,” jelasnya.

“Seolah-olah kita menafikkan bahwa beberapa musim ke belakang hanya beberapa tim saja yang bisa bersaing. Sebenarnya ga ada hubungan antara franchise dengan tim yang hilang. Mungkin lebih ke arah untuk Moonton harus memfasilitasi tier-tier kedua. Turnamen dibanyakin, harus ada inisiatif lah. Saya dan teman-teman esports lain yang masuk MPL, sudah masukkan concern terkait grassroot ke Moonton. Bahwa ini harus ada banyak turnamen, supaya ada regenerasi dan orang-orang tetap banyak yang main. Bakat-bakat baru juga kelihatan dan punya kesempatan. Sekarang seperti ada gap antara MPL dengan yang lain.”

“Tapi jika dibilang ini adalah penyebab utama, saya juga kurang setuju. Sebenarnya simpel. Mobile Legends sekarang besar, tapi bukan satu-satunya. Ada beberapa tim esports yang memang gede tanpa punya tim MLBB yang kuat. Belajar dari situ, mereka harus bisa menemukan game yang cocok. Kalau cuma karena MPL kemudian tim tutup, itu hanya mencari kambing hitam saja,” papar AP.

BACA JUGA: Esports Indonesia akan mendunia ketika mobile gaming booming di Eropa