Sangat sulit mempertahankan jumlah pemain besar seperti yang dimiliki Dota 2 selama delapan tahun terakhir. Pada tahun 2016, jumlah pemain Dota berhasil tembus angka satu juta. Merupakan sebuah tantangan bagi Valve untuk mempertahankan jumlah tersebut.

Secara keseluruhan, 2019 adalah tahun yang sukses untuk Dota. Game ini berhasil menembus satu juta pemain untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir. Tetapi memasuki tahun 2020, angka-angka itu terus menurun, hingga saat ini Dota 2 telah mencatat jumlah pemain terendah sejak  Januari 2014.

Menurut SteamCharts, Selama 30 hari terakhir jumlah rata-rata pemain telah turun di bawah 385.000 sedangkan jumlah tertinggi hanya mencapai  627.790.

Valve terus-menerus berjuang untuk menjaga jumlah pemain dengan update besar seperti Outlander update dan karakter baru untuk membawa orang kembali bermain Dota. Siklus ini terus berlanjut selama tiga tahun terakhir dan berhasil mempertahankan jumlah pemain di sekitar median 480.000 dari awal 2017 hingga sekarang.



Tetapi tren jumlah pemain Dota yang terus alami naik turun secara drastis menunjukan adanya sebuah masalah serius yang harus diatasi Valve. Jumlah pemain perlahan-lahan berkurang seiring dengan berjalannya tahun.

Jumlah pemain yang rendah menimbulkan serangkaian masalah lain untuk komunitas Dota. Dengan rendahnya jumlah pemain, durasi match making juga akan semakin lama. Hal ini akan membuat pemain di rank tinggi membuat akun smurf agar bisa mendapatkan match dengan cepat, akibatnya banyak pemain baru yang alami kesulitan dalam game dan memutuskan untuk pergi. Siklus permasalahan ini akan terus berlangsung selama Valve masih belum bisa menemukan solusi yang tepat.

Valve harus melakukan sesuatu untuk menjaga permainan dalam kondisi yang sehat. Tetapi jika Outlander’s Update dan dua hero baru tidak dapat membawa orang kembali, maka mungkin sudah waktunya untuk Valve menggunakan strategi lain.

BACA JUGA: Plus-minus Gemik sebagai pelatih EVOS di mata Rekt