Wakil Presiden Pemasaran Valve, Doug Lombardi, mengatakan bahwa Valve Corporation telah mengajukan gugatan terhadap penyelenggara turnamen GESC yang berbasis di Singapura karena gagal membayar hadiah dari dua acara Dota 2 Minor, GESC Indonesia dan Thailand.

GESC yang memiliki tujuan untuk menjadi “brand esports terkemuka di Asia,” menurut halaman website-nya, diduga berutang sekitar US$750.000 kepada agensi, tim, pemain, dan talent untuk acara tersebut, menurut surat terbuka yang diterbitkan pada Oktober 2018. Turnamen berlangsung pada bulan Maret dan Mei tahun lalu.

Lombardi mengatakan bahwa gugatan itu diajukan pada 8 April awal tahun ini di Pengadilan Tinggi Republik Singapura.



Acara ini adalah turnamen Dota 2 pertama yang disponsori Valve di Indonesia dan menampilkan tim-tim besar seperti Evil Geniuses, Natus Vincere, dan Fnatic. GESC Indonesia dan Thailand merupakan turnamen penting di tahun 2018 karena termasuk ke dalam putaran DPC. Turnamen ini menyediakan hadiah uang sebesar US$300.000 dan poin kualifikasi menuju The International 2018. Mirip dengan esports lain seperti CS:GO, acara ini merupakan rute kualifikasi langsung ke turnamen utama, The International.

Valve telah menghentikan kemitraannya dengan GESC, kata Lombardi. “Perjanjian kami dengan operator turnamen membutuhkan pembayaran tepat waktu kepada para peserta,” kata Lombardi. “Kami merasa ini sangat penting untuk kesuksesan acara dalam jangka panjang.

“Ketika operator gagal memenuhi persyaratan itu, kami menindaklanjutinya.”

GESC bukan satu-satunya penyelenggara turnamen yang menghadapi serangan balik karena gagal membayar tepat waktu. Penyelenggara turnamen berbasis di Inggris, StarLadder, dikecam karena terlambat membayar hadiah kepada tim serta pemain CS:GO dan Dota 2 dalam turnamen yang disponsori Valve di awal tahun ini.

BACA JUGA: Streamer cantik Annie Roberts pensiun dari Overwatch