Game FPS baru garapan Riot Games, Valorant, kini tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan komunitas game bergenre tersebut. Sejak awal kemunculannya, Valorant sudah sering dibanding-bandingkan dengan Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO).

Salah satu perbincangan yang tengah menghangat di kalangan komunitas saat ini adalah mengenai Vanguard, sistem anti-cheat yang diterapkan Riot Games untuk Valorant untuk mencegah game baru ini disusupi oleh para cheater yang dapat merusak kepuasan dan kenikmatan dalam bermain.

Hadirnya Vanguard ini secara tidak langsung menjadi penegas dari pihak Riot Games untuk menjunjung tinggi keadilan dalam bermain dan akan menindak tegas bagi siapa saja yang mencoba untuk meretas permainan ini.



Namun, para kritikus mengklaim bahwa sistem anti-cheat ini sebagai “serbuan kritis” karena terus-menerus berjalan di background, bahkan ketika game ini tidak dimainkan.

Selain itu, pada kritikus tersebut juga menuding bahwa Vanguard telah memicu ketakutan secara psikologis di antara para pemain. Beberapa pengguna juga melaporkan adanya penurunan kinerja pada game lain yang disebabkan oleh sistem anti-cheat Vanguard ini.

Menanggapi hal ini, Riot Games mencoba untuk menjernihkan segalanya dengan respon yang membuat semua orang bersemangat. Riot Games menawarkan hadiah hingga US$100.000 atau sekitar Rp1,5 miliar di HackerOne (platform pemburu bug) untuk menemukan “kerentanan keamanan” yang ada di Vanguard.

Hal ini juga dilakukan oleh Riot Games karena mereka sangat mengharapkan adanya laporan komprehensif untuk semakin menyempurnakan sistem anti-cheat milik mereka ini. Untuk melihat seperti apa detail dari sayembara ini, KLIK DI SINI.

BACA JUGA: Team Shroud sukses juarai turnamen Invitational Valorant garapan 100 Thieves