The International 2018 adalah turnamen tahunan Dota 2 edisi kedelapan dengan total hadiah mencapai US$24,8 juta (Rp351 miliar). Jumlah tersebut membuat The International lagi-lagi menetapkan rekor untuk total hadiah turnamen terbesar dalam sejarah esports selama lima tahun berturut-turut. Tim yang menjadi juara akan mendapatkan hadiah sebesar US$10,9 juta (Rp154 miliar).

Turnamen dengan hadiah hampir US$25 juta itu berakhir dengan lima seri pertandingan antara skuad Eropa yang diremehkan “OG” dan tim Cina terkuat “PSG.LGD”. Setelah melewati lima duel dramatis, OG mengklaim kemenangan dan menjadi juara The International untuk pertama kalinya.

Selain kisah Cinderella yang diukir OG, terdapat juga momen-momen bersejarah yang mewarnai turnamen tersebut. Pada kesempatan kali ini, kami akan merangkum tiga momen terbaik di The International 2018.


Ball Lightning jarak jauh dari SumaiL

Setelah Evil Geniuses (EG) menjuarai The International 2015, SumaiL resmi menjadi pemain termuda yang mampu menjuarai turnamen tersebut. Bahkan pasca gelaran turnamen itu, sang midlaner muda dinobatkan sebagai pengguna Storm Spirit terbaik di dunia berkat aksi-aksi brilian yang ia pertontonkan kala ia menjadi pilot dari hero tersebut.

Tiga tahun berselang, SumaiL kembali membuktikan jika ia masih menjadi pengguna Storm Spirit terbaik. Pada gelaran The International 2018, hampir tidak ada yang bisa membendung midlaner kelahiran Pakistan itu saat ia menggunakan Storm Spirit. Aksi terbaiknya ditunjukkan dalam pertandingan lower bracket antara EG dan Virtus Pro.

SumaiL yang kala itu baru spawn langsung melakukan teleportation ke shrine bawah, lalu ia melancarkan Ball Lightning dari jarak setengah map yang akhirnya menhantam dua hero lawan hingga mati.



Pertahanan super dari OG kala tumbangkan PSG.LGD di final upper bracket

Final upper bracket The International berlangsung dramatis hingga harus ditentukan dengan game tiga. Kala itu PSG.LGD memegang kendali jalannya duel, OG hanya mampu bertahan sekuat tenaga membendung agresi lawan.

Unggul secara networth dan kill, LGD putuskan menyudahi pertandingan dengan memaksa lawannya untuk menghadapi mereka secara langsung dalam team-fight. Upaya mereka berbuah tiga kematian dari pemain OG, menyisakan carry dan midlaer, OG mengerahkan segala yang mereka miliki untuk melindungi throne-nya.

Di saat semua orang berpikir jika ini adalah akhir dari OG, secara ajaib tim yang dipimpin n0tail itu mampu melakukan sesuatu yang mustahil. Mereka berhasil bertahan dan bahkan menjatuhkan lawannya satu per satu, aksi cemerlang itu berujung kemenangan untuk OG dan mengantarkan mereka ke grand final The International 2018.


Ceb Berserker’s Call

Game keempat grand final The International 2018 menjadi saksi dari salah satu momen paling bersejarah di Dota 2. Game di mana OG tertinggal 1-2 oleh PSG.LGD.

PSG.LGD mendominasi fase early game setelah mereka unggul di semua lane, terutama midlaner mereka yang berulang kali mampu menjatuhkan lawannya. Di tengah situasi early game yang sulit itu, salah satu pemain OG menjadi satu-satunya harapan karena dia berada di puncak networth berkat farming yang dia lakukan di junggle, dia adalah Ceb.

Setelah menyelesaikan item kuncinya, Ceb mulai melakukan rotasi ke berbagai lane untuk melakukan gank, rotasi tersebut ia eksekusi dengan baik hingga membuat OG berbalik unggul. Sayangnya satu kesalahan di midlane meruntuhkan keunggulan OG yang sudah dibangun dengan susah payah.

Kesalahan itu membuat PSG.LGD mendapatkan kembali momentumnya dan membuat mereka berhasil menghancurkan dua set barack OG. Namun Ceb lagi-lagi menjadi faktor pembeda setelah lakukan inisiasi brilian di botlane dengan menangkap carry lawan.

Puncak ketegangan terjadi saat kedua tim terlibat dalam team-fight yang mempertaruhkan segalanya. Seiring team-fight berlansung, OG dihadapkan dalam situasi sulit di mana carry mereka, “OG.Ana”, dikepung oleh lawan. Kemudian Ceb datang dengan melakukan Berseker’s call yang menangkap semua lawan, Ana yang lepas dari tekanan langsung balik menyerang dan membantai semua hero LGD. Setelah itu, Ana langsung menyelesaikan pertandigan dengan menghancurkan throne lawan.

Aksi penyelamatan Ceb itu diabadikan dalam sebuah chat-whell yang hingga kini masih sering digunakan oleh para pro player.

BACA JUGA: Tiga momen terbaik Dota 2 – The Internasional 2015