BOOM Esports, satu-satunya organisasi Indonesia yang masih mempertahankan divisi Dota 2 dan sangat berprestasi hingga menjadi kebanggaan bangsa, tampil mengecewakan di Dota Pro Circuit (DPC) Season 1. Tak sedikit yang mengatakan jika Drew, carry baru yang masuk tepat sebelum DPC digelar, adalah penyebab utama terpuruknya tim. Namun apakah itu benar?

Sejak turnamen Dota 2 terpaksa digelar secara online karena pandemi COVID-19, BOOM Esports tampil cukup konsisten. Pencapaian yang mereka raih mencangkup enam kali runner up dan satu kali juara. Tak ayal ekpektasi besar dibebankan pada mereka jelang gelaran DPC Season 1.

Mendatangkan Drew di awal Januari lalu, BOOM bermaksud membawa suasana baru pada tim agar bisa menembus papan atas DPC dan menembus Major pertama di musim ini. Tapi target itu hanya jadi sekedar angan, saat season berakhir, mereka tertahan di posisi lima dan gagal mendapatkan tiket menuju Major.

Kredit: Liquidpedia

Tak sedikit penggemar yang kecewa dan menyalahkan Drew, mereka menilai kedatangannya justru membuat performa tim menurun. Menanggapi hal tersebut, CEO BOOM Esports Gary Ongko, berpendapat lain.

“Tidak adil jika kita menyalahkan Drew. Pergantian carry adalah keputusan yang harus diambil. Permasalahannya adalah waktu transisi tim tidak cukup,” ungkap Gary kepada ONE Esports.

Gary lanjut menjelaskan, “sebelumnya bersama Dreamocel, ia adalah sosok vokal yang sudah nyaman bersama tim dan menjadi shot caller di fase late game. Di sisi lain, Drew, pemain muda yang datang ke tim masih canggung untuk mengemban semua tugas itu karena pastinya ia mendapatkan tekanan dan ekespektasi besar saat bergabung dengan tim Dota terbesar di negaranya. Tapi pada akhirnya kesalahan selalu ada di kehidupan ini, kita harus bisa belajar dan menjadi lebih baik di kemudian hari.”



Seperti yang dikatakan Gary tadi, Dota 2 adalah permainan tim dan sangat tidak adil jika menyalahkan keterpurukan tim hanya pada satu orang saja. Langkah terbaik yang harus dilakukan setelah melakukan kesalahan adalah mencoba belajar untuk tidak mengulanginya lagi. Dan BOOM telah melakukan hal itu.

Menyadari chemistry tim sangat dibutuhkan, BOOM memanggil kembali carry yang telah mengabdi pada tim selama lebih dari tiga tahun, Randy “Dreamocel” Sapoetra. Sontak pengumuman kedatangannya disambut positif oleh para penggemar.

Dreamocel merupakan salah satu carry terbaik Indonesia, bahkan pelatih BOOM asal Kanada, Clairvoyance, pernah mengatakan jika dirinya adalah pemain yang sangat berbakat secara mekanik. Sejak menjadi pionir divisi Dota 2 BOOM Esports di tahun 2017, Randy merupakan salah satu faktor terbesar di segala pencapaian tim sejauh ini.

Kedatangan sang carry juga membawa aroma optimis pada tim. Tak tanggung-tanggung, Gary yakin timnya bisa tampil brilian di DPC musim depan dan bisa lolos The International.

“Kita tetap optimis untuk lolos ke The International. Di Season 1 kemarin BOOM hanya butuh satu kemenangan untuk lolos ke Major. Jadi, kita sangat percaya diri untuk lolos ke Major (berikutnya) dan semoga saja juga lolos ke The International,” ujar Gary.

Turnamen Asia Pacific Predator League yang sedang berlangsung sejak tanggal 6 April kemarin menjadi pangung pertama kembalinya Dreamocel dan menjadi lembaran baru bagi Boom Esports dalam petualangan mereka mewujudkan ambisi yang diusung.

BACA JUGA: Inilah Power Rangking Singapore Major versi Sheever