Topias Miikka Taavitsainen atau yang lebih dikenal luas sebagai Topson merupakan salah satu bintang terbesar yang ada di scene Dota 2 dunia. Meski demikian, semua itu berhasil didapat oleh pemain asal Finlandia tersebut tidak dengan mudah, penuh aral melintang, serta sedikit keberuntungan.

Sempat dipandang sebelah mata oleh komunitas Dota 2 serta fan yang mempertanyakan keputusan OG merekrutnya, kini Topson sukses membalikkan semua pandangan miring tersebut hingga menjadi salah satu bintang besar.

Berikut lima hal yang patut untuk diketahui dan dipelajari dari karier Topson:


  1. Tak mendapat dukungan orang tua

Layaknya para pro player di dunia, sebagian besar mereka harus menghadapi penolakan atau tak mendapat dukungan dari orang tua dan keluarga ketika memutuskan untuk serius menjadi gamer. Beberapa di antaranya ada yang tak mendapatkan restu hingga berhasil membuktikan sesuatu yang besar, termasuk Topson.

Awal perkenalan Topson dengan Dota2 dipengaruhi oleh dua saudaranya yan gmemperkenalkan permainan itu kepadanya. Berkat bakat besarnya, ia pun bisa dengan cepat menguasai permainan dan mengalahkan kedua sudaranya itu.

Seiring waktu, Topson semakin serius mempelajari Dota2 hingga membuat orang tuanya resah karena tak senang melihat anaknya terlalu banyak bermain game. Tak jarang orang tuanya menyembunyikan mouse, keyboard, hingga memutus koneksi internet.

  1. Gabung denan OG sebagai opsi terakhir yang dimiliki N0tail

Meski banyak halangan dalam prosesnya menjadi pemain profesional, Topson terus berusaha. Ia terus mendalami permainan, tetapi tak kunjung mendapatkan perhatian dari organisasi profesional Dota 2 yang ingin merekrutnya. Kondisi tersebut membuat dirinya beralih ke streaming hingga mendapatkan beberapa follower gila.

Seiring berjalannya waktu dan usaha kerasnya menjadi pemain profesional, keberuntungan pun mulai datang kepada dirinya ketika OG ditinggal Gustav “s4” Magnusson dan Tal “Fly” Aizik tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengan kapten tim, Johan “N0tail” Sundstein.

Karena tak memiliki opsi lain, N0tail pun memutuskan merekrut Topson sebagai pilihan terakhir hanya tiga bulan sebelum TI8. Hal ini cukup mengejutkan di kalangan komunitas Dota2 dan fan OG.

  1. Tak pernah berpikir bisa menjadi superstar

Bergabung dengan OG tak lantas membuat Topson besar kelapa dan memiliki angan besar. Bahkan awalnya ia tak pernah berpikir untuk bisa menjadi juara dan bintang di scene Dota 2.

Di awal bergabung dengan OG, Topson bisa dengan cepat melakukan adaptasi dengan gaya bermain rekan-rekannya. Hanya dalam waktu tiga bulan sebelum tampil di TI8, Topson sudah berhasil membaur dengan tim dan menjadi bagian penting dalam permainan.

  1. Hanya punya dua gelar DPC dari The International 2018 dan 2019

Jika bagi sebagian besar pemain Dota 2, gelar The International merupakan impian terbesar dalam karier, bagi Topson gelar tersebut adalah yang pertama bagi dirinya sejak menjadi pemain profesional. Padahal sebelumnya ia beserta pemain OG lainnya sempat terseok-seok untuk bisa mendapatkan tiket menuju turnamen terakbar tersebut karena memiliki roster baru.

Hebatnya lagi, sebelum gabung OG, Topson sama sekali tidak memiliki pengalaman pernah bermain untuk tim profesional, apalagi bertanding di turnamen besar. Ia hanya pernah membela Finlandia di ajang World Electronic Sports Games 2017 yan ghasilnya pun jauh dari kata memuaskan.

Namun hal tersebut tampak sama sekali tidak memengaruhinya. Topson tidak pernah terlihat demam panggung saat bermain dan mampu menjadikan TI8 sebagai awal dari koleksi gelarnya. Anehnya, Topson dan OG seakan kesulitan untuk mendapatkan gelar di sepanjang Dota Pro Circuit (DPC) 2018-2019 sebelum kembali meraihnya di ajang TI9.

  1. Tak terkalahkan di playoff The International

Selain berhasil menjadi juara The International 2018 dan 2019, Topson dan OG juga berhasil meraihnya dengan cara gemilang. Mereka selalu mampu tampil di upper bracket dan sama sekali tidak pernah dikalahkan oleh setiap lawan-lawan mereka.

Selain Topson, ada pemain lain yang juga memiliki rekor sama, yaitu Anathan “ana” Pham. Namun pemain asal Australia itu baru melakukannya di satu TI, yaitu edisi 2019.

BACA JUGA: OG berencana melakukan ekspansi ke Asia